Komisi Luar Negeri DPR AS menuduh Tiongkok menggertak negara-negara tetangganya dengan kekuatan militernya untuk mendesakkan klaim teritorial atas Laut Cina Selatan.
Ketua Komisi Luar Negeri DPR Amerika, Ileana Ros-Lehtinen dari faksi Republik, menuduh Tiongkok berusaha menggunakan kekuatan militernya untuk menguasai Laut Cina Selatan.
Ia mengatakan, “Sementara perhatian dunia beralih ke krisis-krisis lain, termasuk program nuklir Iran dan kekhawatiran mengenai mata uang euro yang goyah, Tiongkok semakin bertingkah, berperan seperti anak sekolah yang suka mengganggu terhadap negara-negara tetangganya.”
Anggota DPR dari Negarabagian Florida itu menuduh pejabat-pejabat pemerintah dan media Tiongkok membangkitkan perasaan anti-Jepang sedemikian rupa sehingga terjadi kerusuhan anti-Jepang di beberapa kota di Tiongkok bulan lalu. Ros-Lehtinen mengatakan Amerika akan terus mendukung sekutu-sekutunya, Filipina dan Jepang, dan Angkatan Laut Amerika akan terus menjaga perdamaian di kawasan Lautan Pasifik, termasuk Laut Cina Selatan.
Tiongkok, Taiwan, Filipina, dan Jepang menyatakan berdaulat atas bagian-bagian wilayah dan beberapa kepulauan di Laut Cina Selatan.
Anggota Komisi Luar Negeri DPR dari faksi Demokrat, Howard Berman, dari Negarabagian California, mengatakan tidak ada pihak yang memenangkan apa pun dengan menimbulkan ketegangan dan meningkatkan konflik di Laut Cina Selatan.
“Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan para petinggi lain dalam pemerintahan Obama berulang kali menjelaskan kepada Tiongkok bahwa Amerika tidak akan membiarkan Tiongkok memaksakan kekuasaannya atas kawasan itu dan Amerika harus terus menekan Tiongkok agar menyelesaikan klaimnya secara damai,” ujarnya.
Salah satu pakar yang memberi kesaksian pada sidang dengar di DPR, Toshi Yoshihara dari Lembaga Pertahanan Nasional Amerika, mengatakan Tiongkok secara sistematis membangun kekuatan angkatan laut.
“Menurut penilaian saya, tuntutan Tiongkok baru-baru ini di Laut Cina Selatan merupakan pertanda akan terjadi berbagai hal pada masa mendatang. Proyeksi kekuatan laut Tiongkok telah mengembangkan pandangan-pandangan strategi baru bagi para pemimpin dan panglima militer Tiongkok,” paparnya.
Yoshihara menyatakan, Laut Cina Selatan merupakan jalur penting bagi lalu lintas niaga, energi, dan kekuatan militer. Ia mengimbau Amerika agar membantu sekutu-sekutunya di Asia Tenggara dengan mengalihkan kapal-kapal modern ke kawasan itu. Ia juga mengatakan, Amerika harus meyokong kemampuan maritimnya di kawasan itu, untuk menjamin sekutu-sekutunya Amerika mampu memberi tanggapan jika terjadi krisis.
Namun, beberapa anggota Kongres mengatakan bahwa mungkin sulit bagi Amerika mempertahankan kehadiran militernya di seluruh dunia karena membengkaknya utang negara.
Ia mengatakan, “Sementara perhatian dunia beralih ke krisis-krisis lain, termasuk program nuklir Iran dan kekhawatiran mengenai mata uang euro yang goyah, Tiongkok semakin bertingkah, berperan seperti anak sekolah yang suka mengganggu terhadap negara-negara tetangganya.”
Anggota DPR dari Negarabagian Florida itu menuduh pejabat-pejabat pemerintah dan media Tiongkok membangkitkan perasaan anti-Jepang sedemikian rupa sehingga terjadi kerusuhan anti-Jepang di beberapa kota di Tiongkok bulan lalu. Ros-Lehtinen mengatakan Amerika akan terus mendukung sekutu-sekutunya, Filipina dan Jepang, dan Angkatan Laut Amerika akan terus menjaga perdamaian di kawasan Lautan Pasifik, termasuk Laut Cina Selatan.
Tiongkok, Taiwan, Filipina, dan Jepang menyatakan berdaulat atas bagian-bagian wilayah dan beberapa kepulauan di Laut Cina Selatan.
Anggota Komisi Luar Negeri DPR dari faksi Demokrat, Howard Berman, dari Negarabagian California, mengatakan tidak ada pihak yang memenangkan apa pun dengan menimbulkan ketegangan dan meningkatkan konflik di Laut Cina Selatan.
“Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan para petinggi lain dalam pemerintahan Obama berulang kali menjelaskan kepada Tiongkok bahwa Amerika tidak akan membiarkan Tiongkok memaksakan kekuasaannya atas kawasan itu dan Amerika harus terus menekan Tiongkok agar menyelesaikan klaimnya secara damai,” ujarnya.
Salah satu pakar yang memberi kesaksian pada sidang dengar di DPR, Toshi Yoshihara dari Lembaga Pertahanan Nasional Amerika, mengatakan Tiongkok secara sistematis membangun kekuatan angkatan laut.
“Menurut penilaian saya, tuntutan Tiongkok baru-baru ini di Laut Cina Selatan merupakan pertanda akan terjadi berbagai hal pada masa mendatang. Proyeksi kekuatan laut Tiongkok telah mengembangkan pandangan-pandangan strategi baru bagi para pemimpin dan panglima militer Tiongkok,” paparnya.
Yoshihara menyatakan, Laut Cina Selatan merupakan jalur penting bagi lalu lintas niaga, energi, dan kekuatan militer. Ia mengimbau Amerika agar membantu sekutu-sekutunya di Asia Tenggara dengan mengalihkan kapal-kapal modern ke kawasan itu. Ia juga mengatakan, Amerika harus meyokong kemampuan maritimnya di kawasan itu, untuk menjamin sekutu-sekutunya Amerika mampu memberi tanggapan jika terjadi krisis.
Namun, beberapa anggota Kongres mengatakan bahwa mungkin sulit bagi Amerika mempertahankan kehadiran militernya di seluruh dunia karena membengkaknya utang negara.