Asif Ali Zardari, suami mendiang pemimpin perempuan pertama Pakistan yang terbunuh, Benazir Bhutto, terpilih menajadi presiden untuk kedua kalinya pada Sabtu (9/3). Kemenangan itu diperoleh setelah pemilu yang berlangsung diwarnai klaim kecurangan.
Komisi Pemilihan Pakistan mengatakan Zardari berhasil menyingkirkan saingannya dengan mengantongi 411 suara, sedangkan kandidat yang didukung oleh oposisi mendapatkan 181 suara.
Anggota parlemen dari Partai Rakyat Pakistan (PPP) yang dipimpin Bhutto memilih Zardari untuk menduduki jabatan yang sebagian besar bersifat seremonial, didukung oleh partai Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PML-N) dalam aliansi yang dibentuk setelah pemilu pada 8 Februari.
Berdasarkan ketentuan pakta koalisi, yang juga mencakup beberapa partai kecil, Shehbaz Sharif dari PML-N dilantik sebagai perdana menteri pada Senin.
BACA JUGA: Dua Partai Terbesar di Pakistan Sepakat Bentuk KoalisiZardari diperkirakan akan dilantik pada Minggu.
Pemilu yang diadakan pada 8 Februari itu menimbulkan kontroversi karena adanya dugaan kecurangan pemungutan suara sebelumnya. Mantan perdana menteri Imran Khan dipenjarakan dan dilarang mencalonkan diri, sementara partainya, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), menjadi sasaran, menyebabkan anggotanya terpaksa bersaing sebagai kandidat independen.
Zardari, 68 tahun, dipilih menjadi presiden pada 2008 berkat dukungan dari pemilih yang berempati setelah pembunuhan terhadap Benazir Bhutto dengan senjata api dan bom saat ia berkampanye untuk kembali terpilih.
Zardari menghadapi serangkaian tuduhan korupsi yang berulang kali dan menghabiskan lebih dari 11 tahun di penjara, waktu yang cukup lama bahkan menurut standar politisi Pakistan. [ah]