Presiden Suriah Bashar Assad mengganti beberapa menteri Kabinet pada Rabu (29/3) di tengah kenaikan tajam harga-harga dan memburuknya kondisi ekonomi selama bulan suci Ramadan, lapor media pemerintah.
SANA melaporkan bahwa Assad mengganti menteri perminyakan, menteri perdagangan dalam negeri, menteri industri, dan menteri urusan sosial dan tenaga kerja.
Kantor berita itu tidak memberikan alasan perombakan pemerintah, tetapi itu terjadi di tengah kritik publik yang keras atas kenaikan harga-harga dan kekurangan pangan selama Ramadan.
Perekonomian Suriah mencapai titik terendah tahun ini sejak dimulainya konflik pada 2011, dengan inflasi yang melonjak, nilai mata uang yang anjlok, dan kenaikan tajam harga pangan.
BACA JUGA: AS Tidak akan Tarik Pasukannya dari Suriah meskipun Digempur Serangan MematikanKeadaan ini adalah hasil dari perang bertahun-tahun, sanksi Barat, korupsi yang meluas, dan krisis ekonomi selama tiga tahun di negara tetangga Lebanon tersebut.
Setelah gempa bumi 6 Februari yang melanda Turki dan Suriah, dan menewaskan lebih dari 50.000 orang, hubungan Damaskus dengan beberapa negara Arab agak membaik dengan bantuan dari seluruh wilayah yang mengalir ke negara yang dilanda perang itu.
BACA JUGA: Analis: Gempa Dorong Normalisasi Hubungan Arab dengan SuriahSuriah berharap perbaikan hubungan dengan negara-negara teluk Arab yang kaya minyak, yang pernah mendukung oposisi bersenjata Suriah, akan membantu meringankan krisis ekonomi.
Pekan lalu, televisi Arab Saudi melaporkan bahwa negara kerajaan itu sedang dalam pembicaraan dengan Suriah untuk membuka kembali kedutaannya di negara yang dilanda perang tersebut untuk pertama kalinya dalam satu dekade. Negara Teluk lainnya termasuk Uni Emirat Arab dan Bahrain membuka kembali kedutaan mereka di Damaskus dalam beberapa tahun terakhir. [ab/uh]