Perusahaan farmasi AstraZeneca pada Jumat (20/8) mengumumkan uji coba pengobatan untuk gejala COVID-19 membuahkan hasil yang positif.
Obat yang terbuat dari kombinasi dua antibodi itu pada awalnya dikembangkan sebagai pengobatan bagi mereka yang sudah terpapar COVID-19.
Uji coba baru terhadap 5.197 peserta yang belum terpapar menunjukkan penurunan risiko gejala penyakit sebesar 77 persen, tanpa ada kasus parah yang tercatat, kata Astra dalam sebuah pernyataan.
BACA JUGA: AstraZeneca Cari Vaksin untuk Asia TenggaraPercobaan sebelumnya dari obat AZD7442 menunjukkan, obat tersebut hanya mengurangi risiko terbentuknya gejala sebesar 33 persen. Pada Juni, Astra menyimpulkan secara statistik risiko itu tidak signifikan.
Data itu menunjukkan bahwa satu dosis dapat "dengan cepat dan efektif mencegah gejala COVID-10", kata Myron Levin, pimpinan uji coba penelitian.
"Dengan hasil yang menggembirakan ini, AZD7442 bisa menjadi alat penting dalam persenjataan kita untuk menolong mereka yang memerlukan tidak hanya vaksin untuk kembali ke kehidupan normal."
Harapannya, obat itu bisa digunakan bersama dengan vaksin untuk mereka yang memerlukan perlindungan lebih. Obat itu punya kemampuan melindungi hingga 12 bulan.
Para peserta dalam percobaan ini adalah orang dewasa yang memiliki respon buruk atau intoleran terhadap vaksin, atau mereka yang berisiko tinggi terpapar karena lingkungan atau keadaan.
Pemerintah AS mendanai pembuatan obat AZD7442 dan dalam kesepakatan mereka akan menerima 700.000 dosis.
AstraZeneca akan mengirim data uji coba itu ke otoritas kesehatan untuk mendapat perizinan atau persetujuan terkait penggunaan darurat.
AstraZeneca telah membuat vaksin yang paling banyak ditawarkan di Inggris meskipun mereka yang berusia di bawah 40 tahun disarankan menggunakn Pfizer atau Moderna terkait kekhawatiran akan efek samping. [er/fw]