Pemerintah Australia, pada Selasa (27/8), mengumumkan rencana untuk membatasi jumlah mahasiswa asing mulai tahun depan. Langkah tersebut diambil untuk mengendalikan industri bernilai miliaran dolar yang tengah menghadapi tekanan politik terkait isu imigrasi.
Menteri Pendidikan Jason Clare menyatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa pada 2025, jumlah mahasiswa internasional baru, baik untuk universitas, pendidikan tinggi, dan pelatihan kejuruan akan dibatasi hingga 270.000.
"(Kebijakan) itu artinya beberapa universitas akan memiliki lebih banyak mahasiswa tahun ini dibandingkan tahun depan, sementara yang lain akan memiliki lebih sedikit," kata Clare. Ia menambahkan rencana tersebut memerlukan amandemen undang-undang.
Menurut data resmi, pada 2023, mahasiswa internasional memberikan kontribusi lebih dari Aus$42 miliar (US$28 miliar) untuk universitas dan lembaga pendidikan kejuruan di Australia.
Pemerintah Australia mengeluarkan lebih dari 577.000 visa pelajar internasional selama tahun fiskal yang berakhir pada 30 Juni 2023.
Clare menyatakan bahwa perubahan tersebut akan membuat jumlah mahasiswa internasional yang memulai perkuliahan tahun depan hampir sama dengan jumlah sebelum pandemi COVID-19.
Pemerintah menyatakan bahwa pada 2025, jumlah mahasiswa asing baru akan dibatasi menjadi 145.000 untuk universitas, 30.000 untuk penyedia pendidikan tinggi lainnya, dan 95.000 untuk pendidikan serta pelatihan kejuruan.
Batasan tersebut sengaja dirancang untuk menggantikan kebijakan terbaru yang memberi prioritas kepada mahasiswa dengan risiko rendah pelanggaran visa. Kebijakan sebelumnya lebih mengutamakan universitas-universitas terkemuka dan secara signifikan memperlambat proses visa untuk institusi lainnya.
"Walaupun kami mengakui hak pemerintah untuk mengatur jumlah migrasi, hal ini seharusnya tidak dilakukan dengan merugikan satu sektor, terutama sektor yang secara ekonomi penting seperti pendidikan," ujar Ketua Universities Australia, David Lloyd.
BACA JUGA: Pimpinan Universitas Australia dan China bertemu di AdelaideSangat Penting
Mahasiswa internasional merupakan industri terbesar kedua di Australia setelah pertambangan, yang menyumbang lebih dari setengah pertumbuhan ekonomi Australia tahun lalu, kata Lloyd.
"Setiap dolar dari mahasiswa luar negeri diinvestasikan kembali ke universitas-universitas Australia. Jumlah mahasiswa yang lebih sedikit di sini hanya akan memperlebar kesenjangan pendanaan di saat universitas membutuhkan dukungan yang lebih besar,” ujarnya.
Perdana Menteri Anthony Albanese menyatakan pada bulan ini bahwa industri tersebut "sangat penting" bagi Australia.
Namun, ia menambahkan bahwa universitas sebaiknya tidak terlalu bergantung pada mahasiswa internasional, terutama karena dampaknya terhadap migrasi.
Menurut jajak pendapat Essential yang diterbitkan oleh The Guardian pada Selasa (27/8), sekitar 69 persen responden di Australia menyalahkan imigrasi sebagai penyebab tingginya harga rumah.
Migrasi bersih ke Australia melonjak 26,3 persen pada 2023 menjadi 547.300, menurut data resmi. Dari angkat tersebut, 751.500 orang di antaranya berimigrasi, sementara 204.200 orang lainnya meninggalkan negara itu.
Pemerintah Australia juga berencana melindungi industri pendidikan internasional dari "para oknum yang mencoba mengeksploitasinya," kata menteri pendidikan.
Lebih dari 150 "perguruan tinggi fiktif" baru-baru ini ditutup, kata Clare, yang menyebutnya sebagai "pintu belakang" untuk memungkinkan orang bekerja di Australia daripada mengikuti pendidikan. [ah/rs]