Sinyal-sinyal tersebut kemungkinan datang dari sumber buatan manusia lainnya, seperti kapal yang berada di dekatnya.
Pihak-pihak berwenang di Australia telah menyimpulkan bahwa pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 tidak jatuh di wilayah Samudera Hindia bagian selatan tempat sinyal-sinyal elektronik dideteksi bulan lalu.
Estimasi itu dibuat Kamis (29/5) menyusul misi terakhir kapal selam kecil tak berawak yang memindai dasar laut dari arah barat daya pesisir Australia.
Dalam sebuah pernyataan, Pusat Koordinasi Badan Gabungan mengatakan kapal selam Bluefin-21 tidak menemukan tanda-tanda puing-puing pesawat dalam pencarian di wilayah seluas 850 kilometer persegi di dasar laut.
Lembaga itu mengatakan Badan Keselamatan Transportasi Australia telah membuat penilaian profesional bahwa wilayah itu "dapat dihapus dari kemungkinan tempat terakhir" pesawat Malaysia Airlines tersebut.
Pesawat Boeing 777 tersebut membawa 239 orang ketika hilang dari radar tanpa panggilan bahaya pada 8 Maret, sekitar setengah jam setelah meninggalkan Kuala Lumpur menuju Beijing.
Kabar itu datang sehari setelah pejabat Angkatan Laut AS ragu sinyal-sinyal elektronik yang mengarahkan para pencari untuk menggunakan kapal selam robotik memang datang dari pesawat yang hilang.
Wakil direktur teknik kelautan Angkatan Laut AS, Michael Dean, mengatakan pada CNN bahwa pihak berwenang hampir secara universal yakin bunyi "ping" itu tidak datang dari kotak hitam pesawat atau perekam suara kokpit, seperti yang diduga sebelumnya.
Dean mengatakan sinyal-sinyal tersebut mungkin datang dari sumber buatan manusia lainnya, seperti kapal yang ada di dekat situ atau dari alat-alat elektronik yang digunakan mencari sinyal-sinyal tersebut.
Seorang juru bicara angkatan laut, Chris Johnson, menepis pernyataan Dean sebagai "spekulatif dan prematur." Dalam sebuah surat elektronik, ia mengatakan AS dan pihak lain akan terus bekerja untuk "memahami data dengan lebih menyeluruh."
Pihak berwenang telah menggunakan serangkaian stransmisi antara pesawat dan satelit komunikasi untuk menentukan bahwa jet itu jatuh di wilayah terpencil dari Samudera Hindia. Namun pesawat itu tidak kunjung ditemukan.
Otoritas di Malaysia, bersama perusahaan Inggris Inmarsat, minggu ini telah merilis data satelit mentah yang digunakan mempersempit pencarian.
Estimasi itu dibuat Kamis (29/5) menyusul misi terakhir kapal selam kecil tak berawak yang memindai dasar laut dari arah barat daya pesisir Australia.
Dalam sebuah pernyataan, Pusat Koordinasi Badan Gabungan mengatakan kapal selam Bluefin-21 tidak menemukan tanda-tanda puing-puing pesawat dalam pencarian di wilayah seluas 850 kilometer persegi di dasar laut.
Lembaga itu mengatakan Badan Keselamatan Transportasi Australia telah membuat penilaian profesional bahwa wilayah itu "dapat dihapus dari kemungkinan tempat terakhir" pesawat Malaysia Airlines tersebut.
Pesawat Boeing 777 tersebut membawa 239 orang ketika hilang dari radar tanpa panggilan bahaya pada 8 Maret, sekitar setengah jam setelah meninggalkan Kuala Lumpur menuju Beijing.
Kabar itu datang sehari setelah pejabat Angkatan Laut AS ragu sinyal-sinyal elektronik yang mengarahkan para pencari untuk menggunakan kapal selam robotik memang datang dari pesawat yang hilang.
Wakil direktur teknik kelautan Angkatan Laut AS, Michael Dean, mengatakan pada CNN bahwa pihak berwenang hampir secara universal yakin bunyi "ping" itu tidak datang dari kotak hitam pesawat atau perekam suara kokpit, seperti yang diduga sebelumnya.
Dean mengatakan sinyal-sinyal tersebut mungkin datang dari sumber buatan manusia lainnya, seperti kapal yang ada di dekat situ atau dari alat-alat elektronik yang digunakan mencari sinyal-sinyal tersebut.
Seorang juru bicara angkatan laut, Chris Johnson, menepis pernyataan Dean sebagai "spekulatif dan prematur." Dalam sebuah surat elektronik, ia mengatakan AS dan pihak lain akan terus bekerja untuk "memahami data dengan lebih menyeluruh."
Pihak berwenang telah menggunakan serangkaian stransmisi antara pesawat dan satelit komunikasi untuk menentukan bahwa jet itu jatuh di wilayah terpencil dari Samudera Hindia. Namun pesawat itu tidak kunjung ditemukan.
Otoritas di Malaysia, bersama perusahaan Inggris Inmarsat, minggu ini telah merilis data satelit mentah yang digunakan mempersempit pencarian.