Menteri Luar Negeri Australia, Rabu (22/11), mengatakan bahwa para pencari suaka yang berada di kamp penahanan yang ditinggalkan di Papua Nugini dapat pindah ke akomodasi alternatif, menyanggah klaim PBB bahwa lokasi pengganti itu masih belum selesai dibangun dan tidak memadai.
Sekitar 380 tahanan pencari suaka membentengi diri di pusat penahanan Pulau Manus selama lebih dari 20 hari tanpa makanan atau air minum, mengabaikan upaya Australia untuk menutup fasilitas itu. Para pencari suaka khawatir mengenai keselamatan mereka, jika dipindah ke pusat transit dan berisiko dimukimkan di Papua Nugini atau negara berkembang lain secara permanen.
Para pencari suaka yang kebanyakan berasal dari Afghanistan, Iran, Myanmar, Pakistan, Sri Lanka, dan Suriah itu ditahan berdasar kebijakan keras imigrasi Australia yang menolak suaka untuk imigran yang datang melalui laut.
Masalah itu telah menarik perhatian PBB, yang sejak lama mengecam kondisi yang dialami para pencari suaka yang ditahan di kamp-kamp lepas pantai Australia. [ds]