Menteri Pertahanan Australia mengatakan negaranya tidak berjanji kepada Amerika Serikat bahwa Australia akan mendukung sekutunya itu dalam setiap konflik di masa depan terkait Taiwan sebagai imbalan mendapatkan kapal selam bertenaga nuklir dari Amerika.
Australia dan Inggris mengumumkan di San Diego minggu lalu bahwa Australia akan membeli kapal selam serbu bertenaga nuklir dari AS untuk memodernisasi armadanya di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang pengaruh China di Indo-Pasifik.
Para kritikus di Australia berpendapat, Amerika Serikat tidak akan menyerahkan sebanyak lima kapal selam kelas Virginia tanpa ada jaminan bahwa Australia akan mendukung jika terjadi konflik dengan China atas Taiwan. Beijing mengatakan pulau demokrasi yang memiliki pemerintahan sendiri itu, yang terpisah dari China pada 1949 setelah perang saudara, wajib bersatu dengan China daratan, dan bahkan dengan paksa jika perlu.
Tetapi Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengatakan pemerintahnya tidak memberikan jaminan kepada Amerika Serikat terkait masalah Taiwan.
“Sama sekali tidak, dan saya sudah menegaskan itu dengan sangat jelas,” kata Marles dalam program berita "Insiders" di Australian Broadcasting Corp. pada hari Minggu.
BACA JUGA: Australia Bantah akan Bantu AS untuk Bela Taiwan Sebagai Imbalan Pembelian Kapal SelamAustralia, seperti Amerika Serikat, memiliki kebijakan "ambiguitas strategis". Kedua negara menolak untuk mengatakan bagaimana reaksinya terhadap serangan China terhadap Taiwan jika terjadi. Australia dan AS juga telah menjalin perjanjian pertahanan bilateral sejak 1951 yang mewajibkan mereka untuk berkonsultasi jika salah satu diserang tetapi tidak berkomitmen untuk membantu pertahanan pihak lain.
Dua mantan perdana menteri Australia, Paul Keating dan Malcolm Turnbull, termasuk di antara para kritikus yang mempertanyakan bagaimana Australia dapat mempertahankan kedaulatannya bila sangat bergantung pada teknologi dan personel militer AS berdasarkan kesepakatan kapal selam itu.
Kesepakatan AUKUS (Australia, Inggris dan Amerika Serikat) membuat marah China, yang menuduh Australia telah mengambil jalan keliru dan berbahaya.
Marles mengatakan meskipun kapal selam dapat digunakan jika terjadi konflik, tujuan utamanya adalah melindungi rute perdagangan vital di Laut China Selatan dan berkontribusi pada stabilitas regional.
“Kapal selam bertenaga nuklir jelas memiliki kapasitas untuk beroperasi dalam konteks perang, tetapi maksud utama di sini adalah memberikan kontribusi kami untuk stabilitas kawasan,” kata Marles. [ab/uh]