Badai Harvey Buat Pasar Minyak Bergolak

Awan gelap Badai Harvey terlihat di belakang sementara asap membumbung dari cerobong pembakaran sebuah kilang minyak di Corpus Christi, Texas, 27 Agustus, 2017.

SINGAPURA (Reuters) - Pasar minyak bergolak hari Senin (28/8) setelah Badai Harvey menebar kerusakan di sekitar pantai Teluk Amerika akhir pekan ini dan mengganggu produksi sejumlah kilang dan minyak mentah.

Harga bensin menyentuh level tertinggi dalam dua tahun setelah banjir besar yang ditimbulkan oleh badai tersebut memaksa sejumlah kilang sepanjang pantia Teluk Amerika untuk menutup operasi.

Di pasar minyak mentah, harga acuan minyak Brent naik, dipicu oleh blokade jalur pipa minyak di Libya. Namun bursa pasar minyak Amerika turun karena berhentinya operasi beberapa kilang di Amerika bisa mengurangi permintaan minyak mentah Amerika.

Badai Harvey melanda daratan sepanjang akhir pekan yang merupakan badai terkuat yang menghantam Texas dalam lebih dari 50 tahun. Sedikitnya dua orang tewas akibat badai yang meyebabkan banjir skala besar dan memaksa penutupan pelabuhan Houston serta beberapa kilang.

Pusat pemantau badai, the U.S. National Hurricane Center mengatakan hari Senin (28/8) Harvey sedang berlalu dari pantai, namun diperkirakan akan berada dekat tepi laut sampai Selasa. Sementara itu banjir diperkirakan akan menyebar dari Texas ke arah timur ke Louisiana.

Texas memiliki kapasitas kilang 5,6 juta barel per hari, sedangkan Lousiana memiliki kapasitas kilang 3,3 juta per hari. Sekitar lebih dari 2 juta barel per hari kapasitas kilang diperkirakan tidak berproduksi diakibatkan oleh badai.

Harga spot untuk bursa berjangka bensin Amerika melonjak 7 persen ke 1,7799 dolar per galon, level tertinggi sejak Juli 2015. Harga kemudian turun menjadi 1,7622 dolar per galon pada pukul 0358 GMT.

Untuk menghindari kelangkaan bensin, Amerika mencari kargo-kargo produk BBM dari Asia Utara, menurut sumber-sumber kilang dan perusahaan pengapalan mengatakan kepada Reuters hari Senin.
“Kemungkinan akan ada kerusakan yang berarti dan untuk jangka panjang pada kapasitas kilang Texas,” kata Jeffrey Halley, analis pada perusahaan pialang OANDA.

Hingga Minggu sore (27/8), sekitar 22 persen atau 379.000 bph produksi dari Teluk tidak berjalan karena badai tersebut, menurut Biro Pelaksana Keamanan dan Lingkungan Hidup. Kemungkinan juga ada sekitar 300.000 bph produksi minyak di daratan (onshore) yang ditutup, menurut sumber-sumber di perdagangan.

Harga acuan minyak Amerika West Texas Intermediate turun 17 sen atau 0.4 persen dari harga penutupan terakhir, menjadi 47,70 dolar per barel. [fw/au]