Hampir 90 persen atlet peserta Olimpiade Paris telah menjalani tes doping tahun ini, sebagai bagian dari program antidoping prapertandingan, Badan Pengujian Internasional (ITA) menyampaikan itu pada Rabu (24/7).
ITA menyatakan pihaknya telah melakukan lebih dari 32.600 tes doping tahun ini, peningkatan sekitar 45 persen untuk tes bagi atlet dalam enam bulan sebelumnya.
Badan ini juga mengatakan bahwa pengujian tersebut mengarah pada lebih dari 85 kasus yang berpotensi melanggar aturan antidoping, yang menghasilkan berbagai sanksi dan kasus-kasus yang hingga saat ini masih diselidiki atau sedang ditinjau ulang.
ITA menambahkan, pihaknya berfokus pada “cabang-cabang olah raga berisiko tinggi” di mana 75 persen atlet peserta Olimpiade telah dites setidaknya tiga kali.
Cabang olah raga itu termasuk angkat berat – yang mewakili seperempat dari kasus positif doping dalam sejarah Olimpiade Musim Panas – begitu juga triathlon dan renang perairan terbuka, di mana setiap atlet dites setidaknya satu kali. Cabang gimnastik berada di bawahnya dengan 99 persen telah dites.
Cabang atletik – yang menurut sejarahnya telah menghasilkan kegagalan tes doping terbanyak dalam Olimpiade – angkanya tercatat 89 persen.
Statistik ITA menggambarkan, atlet-atlet China secara khusus telah menjadi target pengetesan, karena kontroversi doping berlanjut di Paris, khususnya pasca pengungkapan laporan pada April lalu, di mana 23 perenang China dites positif doping menjelang Olimpiade Tokyo tiga tahun lalu. Namun, Badan Anti-Doping Dunia (WADA) meyakini bahwa para atlet itu adalah korban dari kontaminasi makanan.
Organisasi Akuatik Dunia mengatakan pada Selasa bahwa setiap perenang China yang akan berlomba di Paris, telah dites rata-rata 21 kali sejak 1 Januari lalu. Dibandingkan dengan enam kali bagi atlet Amerika, lima kali untuk atlet Italia, empat untuk atlet Australia, Inggris dan Prancis. [ns/ka]