Badan PBB Desak Dukungan dan Dana Lebih Besar untuk Laktasi

Kaum ibu memberikan ASI untuk bayi-bayinya selama peristiwa pemberian ASI di seluruh dunia (Foto: AP Photo/Thibault Camus)

World Health Organization (WHO) dan UNICEF merekemondasikan ibu-ibu untuk memberikan ASI dalam waktu satu jam setelah melahirkan dan terus memberikan ASI nya hingga anak-anak mencapai usia 2 tahun, dengan makanan pelengkap saat mereka tumbuh lebih besar. Tapi tak satupun negara di dunia yang memenuhi standar atau memberi cukup dukungan untuk ibu-ibu yang memberikan ASI, menurut laporan badan-badan PBB yang dirilis hari Selasa.

"ASI berfungsi seperti vaksin pertama untuk bayi, yang melindungi bayi dari penyakit yang berpotensi membahayakan dan memberikan semua gizi yang diperlukan bayi untuk dapat bertahan hidup dan tumbuh sehat," ujar Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam sebuah siaran pers.

Anthony Lake, direktur eksekutif UNICEF, mengajukan pertanyaan ini di situs web UNICEF: "Bagaimana jika pemerintah memiliki cara yang sudah terbukti dan efektif dari segi biaya untuk menyelamatkan nyawa bayi, mengurangi tingkat malnutrisi, mendukung kesehatan anak, meningkatkan prestasi akademis dan mendorong produktivitas?"

Lake memberikan jawabannya: "Sudah ada caranya: Namanya laktasi. Dan ini salah satu investasi terbaik negara menyangkut kehidupan dan masa depan warga-warganya yang masih bayi – dan untuk jangka panjang merupakan sumber kekuatan bagi masyarakat."

Menurut Global Breastfeeding Initiative, sebuah kemitraan yang terdiri dari 20 lembaga internasional yang bertujuan mendorong investasi dalam pemberian ASI di seluruh dunia di bawah arahan UNICEF dan WHO, pemberian ASI dapat memperkuat perkembangan otak, yang pada akhirnya dapat berujung pada tenaga kerja yang lebih cerdas dan lebih produktif.

Lebih lanjut, pemberian ASI menyelamatkan nyawa ibu dan sang bayi. Dalam kurun waktu enam bulan pertama dari kehidupan sang bayi, ASI membantu mencegah diare dan pneumonia, dua sebab utama dari kematian bayi. Laktasi juga mengurangi risiko kanker rahim dan payudara, dua penyebab utama kematian perempuan.

World Health Assembly, badan yang bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan dalam lingkup WHO, ingin melihat paling tidak 50 persen dari anak-anak yang ada di dunia yang berusia di bawah 6 bulan mendapat ASI eksklusif menjelang tahun 2025. Untukmencapai target itu dibutuhkan tambahan investasi senilai $5,7 miliar, (senilai Rp 76 triliun) atau hanya $4,70 per bayi yang baru lahir, yang digunakan untuk hal-hal seperti perbaikan fasilitas persalinan dan peningkatan akses kepada bimbingan pemberian ASI, dan investasi tersebut dapat menghasilkan $300 miliar dalam peningkatan ekonomi untuk negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah menjelang tahun 2025 dan menyelamatkan 520.000 anak dalam kurun waktu 10 tahun mendatang, menurut sebuah studi yang diselenggarakan oleh Bank Dunia.

Karena ibu yang memberikan ASI nya perlu dukungan dari lingkungan keluarga dan masyarakat, pemerintah di seluruh dunia perlu mengimplementasikan kebijakan seperti cuti melahirkan dengan tetap menerima gaji dan waktu istirahat untuk memberikan ASI, badan-badan PBB telah menyatakan tanggal 1 – 7 Agustus sebagai Pekan Pemberian ASI Dunia. [ww/dw]