Dakwaan FIFA oleh Amerika: Dapatkah Gulirkan Reformasi?

Presiden FIFA Sepp Blatter meninggalkan podium setelah mengumumkan pengunduran dirinya bulan lalu, di Zurich, Swiss.

Dakwaan atas FIFA tahun ini dan skandal Komite Olimpiade Salt Lake City tahun 1998 menunjukkan karakteristik penting: keduanya menjadi sasaran penyelidikan korupsi oleh Departemen Kehakiman AS.

Dakwaan atas FIFA ini memicu amarah yang ditujukan terhadap Departemen Kehakiman AS dari beberapa kalangan karena dianggap telah melangkahi batas wewenangnya.

Tapi bagi para pakar hukum Amerika, dakwaan ini berdasarkan pada dua pertanyaan: Apakah kejahatan tersebut dilakukan di wilayah Amerika Serikat? Kedua, apakah ada dasar untuk yurisdiksi pribadi atas individu atau atas individu yang terlibat?

"Ini bukan seperti seseorang yang berada di wilayah AS dan sengaja menembakkan senjata untuk membunuh seseorang di negara asing dan berhasil. Memang benar bahwa jenazahnya ada di negara asing, tetapi tindakan yang merupakan kejahatan dan niatannya, semua terjadi di AS. Kejahatan tersebut terjadi di sini," jelas Jennifer Arlen, seorang profesor hukum Universitas New York.

Arlen mengatakan kasus semacam ini, yang melibatkan kasus suap yang dibayar melalui lembaga keuangan AS, bukan sesuatu yang asing bagi Amerika Serikat.

Ia mengatakan, Departemen Kehakiman secara gencar telah mengejar baik kasus suap asing maupun domestik selama lebih dari satu dekade - termasuk skandal Komite Olimpiade Salt Lake City 1998, yang melibatkan suap agar kota tersebut terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2002.

Alexandra Wrage, seorang pakar anti-korupsi, menjadi anggota dari Komite Tata Independen FIFA sampai ia mengundurkan diri pada tahun 2013. Ia mengatakan kepada VOA, ia percaya adanya budaya suap dalam FIFA dan kasus suap tersebut telah berlangsung lama, karena ini terlihat sesuatu yang normal bagi mereka.

"Bila Anda memiliki kelompok yang tertutup, tanpa adanya pengawasan yang independen, tidak ada anggota dewan independen seperti yang dimiliki perusahaan dan lain-lain, saya pikir benar-benar mudah untuk memiliki mentalitas ini, yang akan menjadi bagian dari bisnis seperti biasa, dan itu sudah berlangsung lama dalam organisasi FIFA, "kata Wrage.

Wrage mengatakan bahwa jika FIFA benar-benar ingin mereformasi diri, mereka akan sudah mulai melakukannya.

"Apa yang terjadi sebaliknya adalah Blatter berbicara tentang reformasi setiap kali ada tekanan yang meningkat terhadapnya, namun kemudian itu memudar kembali dengan sendirinya," kata Wrage.

Sepp Blatter, yang telah menjabat sebagai presiden FIFA sejak tahun 1998, masih diselidiki dalam kasus ini. Ia telah setuju untuk mundur dari jabatannya setelah penggantinya terpilih, tetapi ia tetap bersikukuh menyatakan dirinya tidak bersalah.