Badan PBB untuk lingkungan menyatakan bahwa keracunan bahan kimia merupakan salah satu dari lima penyebab utama kematian di dunia.
Persatuan Bangsa-Bangsa menyerukan tindakan cepat untuk mengurangi bahaya bahan kimia tertentu yang terus meningkat terhadap kesehatan dan lingkungan. Sebuah penelitian terbaru, “Prospek Senyawa Kimia Global”, dari program PBB untuk lingkungan (UNEP) menemukan bahwa pengelolaan senyawa kimia secara aman dapat menyelamatkan nyawa jutaan orang dan meningkatkan perekonomian di banyak negara.
Laporan tersebut memperlihatkan situasi dunia dengan peningkatan volume bahan kimia. Aspek paling menakutkan dari skenario ini adalah bahwa sedikitnya yang diketahui mengenai kurang lebih 143.000 bahan kimia yang diproduksi saat ini.
UNEP menyatakan bahwa hanya sedikit dari bahan kimia ini yang telah dievaluasi untuk diketahui efeknya pada kesehatan manusia dan lingkungan. Bahan kimia telah menyusupi semua aspek kehidupan. Laporan tersebut mengatakan bahwa bahan kimia digunakan di sektor pertanian, elektronik dan pertambangan. Mereka dapat ditemukan dalam produk-produk seperti cat, bahan perekat, tekstil dan mainan untuk anak-anak.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa tingkat kematian dan kecacatan akibat pemakaian produk berbahan kimia yang tidak aman adalah tinggi. Sebagai contoh, keracunan bahan kimia pertanian dan industri merupakan satu di antara lima sebab utama kematian di dunia, menyumbangkan lebih dari satu juta kematian setiap tahun.
Selain biaya kesehatan, direktur UNEP untuk divisi teknologi, industri dan ekonomi, Sylvie Lemmet, mengatakan bahwa pengelolaan bahan kimia yang tidak aman menyebabkan biaya ekonomi tinggi.
“Jika Anda melihat biaya perkiraan keracunan pestisida di sub-Sahara Afrika, hanya untuk cedera dan hilangnya waktu kerja, mencapai US$6,3 miliar pada 2009,” ujar Lemmet.
“Ini lebih tinggi dari dana pembangunan luar negeri (Overseas Development Aid, ODA) untuk sektor kesehatan di wilayah yang sama. Untuk itu, biaya yang disebabkan ketiadaan tindakan untuk mencegah bahaya ini sangat tinggi sehingga mencegah biaya ini menjadi manfaat ekonomi.”
Laporan UNEP memperlihatkan bahwa penjualan bahan kimia global diperkirakan meningkat menjadi sekitar 3 persen setahun sampai 2050. Menurut laporan ini, produksi dengan cepat beralih dari negara maju ke negara berkembang. Produksi bahan kimia tersebut diperkirakan naik 40 persen di Afrika dan Timur Tengah antara 2012 dan 2020, dan Amerika Latin diperkirakan naik 33 persen.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa kekhawatiran utama untuk dampak lingkungan adalah kontaminasi pupuk dan pestisida di sungai dan danau, polusi logam berat terkait produksi semen dan tekstil, dan pencemaran dioksin dari kegiatan pertambangan. Laporan tersebut juga menekankan bahaya polutan organik yang terus menerus, yang dapat pindah ke jarak yang jauh lewat udara, dan kemudian turun ke sumber daya tanah dan air. Begitu bahan kimia ini berakumulasi dalam organisme-organisme, mereka akan naik ke rantai makanan. Para ilmuwan mengatakan bahwa bahan-bahan tersebut menyebabkan beberapa spesies nyaris punah.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 25 persen beban global dari penyakit terkait faktor-faktor lingkungan. Direktur departemen kesehatan masyarakat dan lingkungan di WHO, Maria Neira, mengatakan bahwa 4,9 juta kematian dari penyakit-penyakit ini disebabkan oleh paparan lingkungan atas bahan-bahan kimia tertentu.
“Kami memiliki data untuk membuktikan hal tersebut. Jumlah tinggi tersebut, 4.9 juta kematian, dapat dihindari jika kita memiliki pengelolaan yang lebih baik dalam mengurangi paparan terhadap bahan kimia,” ujar Neira.
“Yang jelas, angka tersebut merupakan estimasi bawah. Ini adalah puncak gunung es. Kita tahu bahwa data ini hanya untuk sejumlah kecil bahan kimia. Jika kita menggali lebih dalam, barangkali angkanya akan lebih dramatis.”
Penulis laporan tersebut mengatakan bahwa mencegah bahaya lebih murah daripada memperbaiki akibatnya. Mereka mengatakan bahwa pengelolaan bahan kimia yang buruk menyebabkan bahaya keselamatan kesehatan dan lingkungan, serta menyebabkan biaya miliaran dolar.
Di antara rekomendasi yang diberikan adalah desakan untuk produsen, pembuat dan importir bahan kimia untuk lebih aktif dalam mengembangkan kebijakan keselamatan dengan pemerintah. Pemerintah di negara maju dan berkembang juga didesak untuk mengembangkan kebijakan yang fokus pada pencegahan risiko dan promosi alternatif yang lebih aman, daripada hanya mengatasi bahaya.
Laporan UNEP tersebut, evaluasi komprehensif pertama untuk topik tersebut, akan dianalisa pada sesi ketiga Konferensi Internasional untuk Pengelolaan Bahan Kimia di Nairobi bulan ini.
Laporan tersebut memperlihatkan situasi dunia dengan peningkatan volume bahan kimia. Aspek paling menakutkan dari skenario ini adalah bahwa sedikitnya yang diketahui mengenai kurang lebih 143.000 bahan kimia yang diproduksi saat ini.
UNEP menyatakan bahwa hanya sedikit dari bahan kimia ini yang telah dievaluasi untuk diketahui efeknya pada kesehatan manusia dan lingkungan. Bahan kimia telah menyusupi semua aspek kehidupan. Laporan tersebut mengatakan bahwa bahan kimia digunakan di sektor pertanian, elektronik dan pertambangan. Mereka dapat ditemukan dalam produk-produk seperti cat, bahan perekat, tekstil dan mainan untuk anak-anak.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa tingkat kematian dan kecacatan akibat pemakaian produk berbahan kimia yang tidak aman adalah tinggi. Sebagai contoh, keracunan bahan kimia pertanian dan industri merupakan satu di antara lima sebab utama kematian di dunia, menyumbangkan lebih dari satu juta kematian setiap tahun.
Selain biaya kesehatan, direktur UNEP untuk divisi teknologi, industri dan ekonomi, Sylvie Lemmet, mengatakan bahwa pengelolaan bahan kimia yang tidak aman menyebabkan biaya ekonomi tinggi.
“Jika Anda melihat biaya perkiraan keracunan pestisida di sub-Sahara Afrika, hanya untuk cedera dan hilangnya waktu kerja, mencapai US$6,3 miliar pada 2009,” ujar Lemmet.
“Ini lebih tinggi dari dana pembangunan luar negeri (Overseas Development Aid, ODA) untuk sektor kesehatan di wilayah yang sama. Untuk itu, biaya yang disebabkan ketiadaan tindakan untuk mencegah bahaya ini sangat tinggi sehingga mencegah biaya ini menjadi manfaat ekonomi.”
Laporan UNEP memperlihatkan bahwa penjualan bahan kimia global diperkirakan meningkat menjadi sekitar 3 persen setahun sampai 2050. Menurut laporan ini, produksi dengan cepat beralih dari negara maju ke negara berkembang. Produksi bahan kimia tersebut diperkirakan naik 40 persen di Afrika dan Timur Tengah antara 2012 dan 2020, dan Amerika Latin diperkirakan naik 33 persen.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa kekhawatiran utama untuk dampak lingkungan adalah kontaminasi pupuk dan pestisida di sungai dan danau, polusi logam berat terkait produksi semen dan tekstil, dan pencemaran dioksin dari kegiatan pertambangan. Laporan tersebut juga menekankan bahaya polutan organik yang terus menerus, yang dapat pindah ke jarak yang jauh lewat udara, dan kemudian turun ke sumber daya tanah dan air. Begitu bahan kimia ini berakumulasi dalam organisme-organisme, mereka akan naik ke rantai makanan. Para ilmuwan mengatakan bahwa bahan-bahan tersebut menyebabkan beberapa spesies nyaris punah.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 25 persen beban global dari penyakit terkait faktor-faktor lingkungan. Direktur departemen kesehatan masyarakat dan lingkungan di WHO, Maria Neira, mengatakan bahwa 4,9 juta kematian dari penyakit-penyakit ini disebabkan oleh paparan lingkungan atas bahan-bahan kimia tertentu.
“Kami memiliki data untuk membuktikan hal tersebut. Jumlah tinggi tersebut, 4.9 juta kematian, dapat dihindari jika kita memiliki pengelolaan yang lebih baik dalam mengurangi paparan terhadap bahan kimia,” ujar Neira.
“Yang jelas, angka tersebut merupakan estimasi bawah. Ini adalah puncak gunung es. Kita tahu bahwa data ini hanya untuk sejumlah kecil bahan kimia. Jika kita menggali lebih dalam, barangkali angkanya akan lebih dramatis.”
Penulis laporan tersebut mengatakan bahwa mencegah bahaya lebih murah daripada memperbaiki akibatnya. Mereka mengatakan bahwa pengelolaan bahan kimia yang buruk menyebabkan bahaya keselamatan kesehatan dan lingkungan, serta menyebabkan biaya miliaran dolar.
Di antara rekomendasi yang diberikan adalah desakan untuk produsen, pembuat dan importir bahan kimia untuk lebih aktif dalam mengembangkan kebijakan keselamatan dengan pemerintah. Pemerintah di negara maju dan berkembang juga didesak untuk mengembangkan kebijakan yang fokus pada pencegahan risiko dan promosi alternatif yang lebih aman, daripada hanya mengatasi bahaya.
Laporan UNEP tersebut, evaluasi komprehensif pertama untuk topik tersebut, akan dianalisa pada sesi ketiga Konferensi Internasional untuk Pengelolaan Bahan Kimia di Nairobi bulan ini.