Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan sebuah balon pengintai milik militer China terlihat di Selat Taiwan, begitu pula pergerakan pesawat dan kapal militer berskala besar.
Kementerian tersebut mengatakan balon itu melewati bagian barat daya kota pelabuhan di utara, Keelung, pada Kamis (7/12) malam, dan terus bergerak ke timur sebelum menghilang, kemungkinan ke Samudra Pasifik.
Namun, tampaknya masih ada ketidakpastian mengenai apakah balon itu dioperasikan langsung oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), cabang militer Partai Komunis yang berkuasa di China. Kementerian Pertahanan Taiwan menyebut balon itu sebagai “balon pengintai PLA” dan sebagai “balon 1 PRC.” PRC adalah singkatan nama resmi China, Republik Rakyat China.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan mengatakan mereka tidak memiliki informasi tambahan.
China telah lama mengaburkan batasan antara fungsi militer dan sipil, termasuk di antaranya di Laut China Selatan, di mana China mengoperasikan milisi maritim yang sangat besar – tampaknya merupakan kapal-kapal nelayan sipil yang bertindak berdasarkan perintah pemerintah untuk menegaskan klaim teritorial Beijing.
Taiwan telah mengancam akan menembak jatuh balon-balon semacam itu, tetapi Kementerian Pertahanan Taiwan tidak mengatakan, jika ada, tindakan apa yang diambil. Dikatakan pula bahwa balon tersebut dipantau terbang di ketinggian sekitar 6.400 meter.
Kementerian itu juga mengatakan telah mendeteksi 26 pesawat terbang militer China, bersama dengan 10 kapal Angkatan Laut China, dalam 24 jam sebelum Jumat pukul 6 pagi. Mengenai pesawat itu, 15 di antaranya telah melewati garis median yang merupakan pembatas tidak resmi antara kedua pihak, yang ditolak untuk diakui Beijing. Beberapa pesawat juga memasuki zona identifikasi pertahanan udara yang ditetapkan sendiri oleh Taiwan di luar wilayah udara pulau itu, yang meliputi Selat Taiwan yang lebarnya 160 kilometer.
Militer Taiwan memantau situasi itu dengan pesawat tempur, kapal-kapal angkatan laut dan sistem rudal berbasis di darat, kata kementerian pertahanan Taiwan. Insiden ini terjadi hanya sebulan sebelum Taiwan menyelenggarakan pemilihan presiden dan anggota parlemen, dan ini menimbulkan pertanyaan mengenai kemungkinan upaya China untuk memengaruhi pemilu.
BACA JUGA: Presiden Taiwan: Invasi China Tidak Mungkin Terjadi SekarangSerangan semacam itu kerap terjadi sebagai cara untuk menunjukkan ancaman China yang akan menggunakan kekerasan untuk menganeksasi pulau berpemerintahan sendiri itu yang dianggap sebagai wilayahnya. Ini melemahkan kemampuan militer Taiwan dan memengaruhi moral angkatan bersenjata maupun masyarakat, yang masih bersikap mendua mengenai tindakan China.
Misi China juga mendorong Taiwan untuk meningkatkan pembelian pesawat dari AS, sekutu utamanya, dan merevitalisasi industri pertahanannya, termasuk di antaranya untuk memproduksi kapal selam.
Beijing memprotes keras semua kontak antara Taiwan dan AS, tetapi diplomasinya yang agresif telah membantu dukungan bipartisan yang kuat bagi Taipei di Kongres AS. [uh/ab]