Warga kota Bandung diganggu menumpuknya ratusan ton sampah di beberapa tempat menyusul rusaknya mesin pemroses di tempat penampungan akhir.
BANDUNG —
Ratusan ton sampah menumpuk di beberapa tempat pembuangan sampah sementara di kota Bandung, bahkan beberapa diantaranya menumpuk di tepi jalan, karena rusaknya alat berat yang dipergunakan di tempat pembuangan sampah akhir (TPA) Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat.
Akibatnya, selama dua minggu terakhir, sampah di kota Bandung tidak dapat diangkut ke TPA.
Dari 164 tempat pembuangan sampah sementara di Bandung, 16 diantaranya tidak mampu lagi menampung tumpukan sampah yang beratnya sudah mencapai ratusan ton.
Di beberapa permukiman warga di tepi jalan, sampah bahkan dibiarkan menumpuk di pinggir jalan hingga menimbulkan pemandangan yang kumuh dan bau yang tidak sedap. Tumpukan sampah bahkan meluber ke jalan raya dan mengganggu kelancaran lalulintas.
Seorang warga Bandung mengatakan warga jelas merasa tidak nyaman dengan adanya tumpukan sampah tersebut.
“Mengganggu kesehatan gitu lho, kalau sampah bau gini. Belatung-belatung juga kemana-mana kan. Ya kepengen saya sih ya harus dibersihin semua, biar kelihatannya bersih. Kalau bisa segera, diusahakan. Kota Bandung kan katanya kota indah,” ujar warga bernama Agus itu pada VOA, Minggu (6/1).
Setiap harinya, kota Bandung menghasilkan 699 ton sampah, yang biasanya dibuang ke TPA Sarimukti. Selain Bandung, kota Cimahi dan kabupaten Bandung Barat pun membuang sampah ke TPA tersebut, sehingga setiap harinya tempat itu menampung sekitar 1.200 ton sampah.
Namun, sejak dua minggu terakhir, beberapa alat berat di TPA Sarimukti, yaitu buldozer, ekskavator, dan wheel loader, mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat digunakan untuk memproses sampah di TPA tersebut, menurut Atep, kepala bagian hubungan masyarakat Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung. Akibatnya, sampah yang menumpuk di Kota Bandung pun tidak dapat diangkut untuk sementara, ujar Atep.
“Kemarin, pada sebelum Tahun Baru, ada sedikit masalah di TPA-nya, yaitu alat beratnya rusak dan tidak bisa membuang ke TPA Sarimukti,” ujarnya.
Atep menambahkan, sebelum ada kerusakan pada alat berat di TPA Sarimukti, sampah di kota Bandung selalu lancar terangkut. Setiap harinya, pihaknya mengerahkan sekitar 120 armada truk pengangkut sampah di seluruh Kota Bandung. Menurutnya, pengelolaan sampah di Kota Bandung tidak hanya menjadi perhatian pemerintah saja, namun juga dibutuhkan kesadaran masyarakat dalam mengolah sampah secara mandiri.
“Dan kami juga berharap kontribusi dari masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah yang dimaksud. Dipilah dululah sampah di rumahnya masing-masing,” ujar Atep.
Tumpukan sampah di berbagai sudut Kota Bandung tidak hanya terjadi saat ini saja. Pada 2005, kota tersebut sempat dijuluki Bandung Lautan Sampah dan mendapat predikat kota terkotor menyusul longsornya gunungan sampah di TPA Leuwigajah yang menewaskan 156 orang yang tertimbun sampah.
Hingga saat ini, rencana pemerintah kota Bandung untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) sebagai salah satu upaya mengelola sampah pun belum terealisasi, yang menurut laporan karena rencana tersebut ditolak sebagian warga Bandung.
Akibatnya, selama dua minggu terakhir, sampah di kota Bandung tidak dapat diangkut ke TPA.
Dari 164 tempat pembuangan sampah sementara di Bandung, 16 diantaranya tidak mampu lagi menampung tumpukan sampah yang beratnya sudah mencapai ratusan ton.
Di beberapa permukiman warga di tepi jalan, sampah bahkan dibiarkan menumpuk di pinggir jalan hingga menimbulkan pemandangan yang kumuh dan bau yang tidak sedap. Tumpukan sampah bahkan meluber ke jalan raya dan mengganggu kelancaran lalulintas.
Seorang warga Bandung mengatakan warga jelas merasa tidak nyaman dengan adanya tumpukan sampah tersebut.
“Mengganggu kesehatan gitu lho, kalau sampah bau gini. Belatung-belatung juga kemana-mana kan. Ya kepengen saya sih ya harus dibersihin semua, biar kelihatannya bersih. Kalau bisa segera, diusahakan. Kota Bandung kan katanya kota indah,” ujar warga bernama Agus itu pada VOA, Minggu (6/1).
Setiap harinya, kota Bandung menghasilkan 699 ton sampah, yang biasanya dibuang ke TPA Sarimukti. Selain Bandung, kota Cimahi dan kabupaten Bandung Barat pun membuang sampah ke TPA tersebut, sehingga setiap harinya tempat itu menampung sekitar 1.200 ton sampah.
Namun, sejak dua minggu terakhir, beberapa alat berat di TPA Sarimukti, yaitu buldozer, ekskavator, dan wheel loader, mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat digunakan untuk memproses sampah di TPA tersebut, menurut Atep, kepala bagian hubungan masyarakat Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung. Akibatnya, sampah yang menumpuk di Kota Bandung pun tidak dapat diangkut untuk sementara, ujar Atep.
“Kemarin, pada sebelum Tahun Baru, ada sedikit masalah di TPA-nya, yaitu alat beratnya rusak dan tidak bisa membuang ke TPA Sarimukti,” ujarnya.
Atep menambahkan, sebelum ada kerusakan pada alat berat di TPA Sarimukti, sampah di kota Bandung selalu lancar terangkut. Setiap harinya, pihaknya mengerahkan sekitar 120 armada truk pengangkut sampah di seluruh Kota Bandung. Menurutnya, pengelolaan sampah di Kota Bandung tidak hanya menjadi perhatian pemerintah saja, namun juga dibutuhkan kesadaran masyarakat dalam mengolah sampah secara mandiri.
“Dan kami juga berharap kontribusi dari masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah yang dimaksud. Dipilah dululah sampah di rumahnya masing-masing,” ujar Atep.
Tumpukan sampah di berbagai sudut Kota Bandung tidak hanya terjadi saat ini saja. Pada 2005, kota tersebut sempat dijuluki Bandung Lautan Sampah dan mendapat predikat kota terkotor menyusul longsornya gunungan sampah di TPA Leuwigajah yang menewaskan 156 orang yang tertimbun sampah.
Hingga saat ini, rencana pemerintah kota Bandung untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) sebagai salah satu upaya mengelola sampah pun belum terealisasi, yang menurut laporan karena rencana tersebut ditolak sebagian warga Bandung.