Bangladesh Lakukan Gelombang Kedua Relokasi Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Ratusan pengungsi Rohingya tiba di Pulau Bhashan Char yang terpencil di Teluk Benggala, Bangladesh, Selasa (29/12).

Gelombang kedua pengungsi Rohingya sebanyak 1.800 orang tetap akan direlokasi ke sebuah pulau terpencil Bangladesh, meski diprotes oleh kelompok dan aktivis HAM yang khawatir dengan keselamatan mereka. Pemerintah Bangladesh mengklaim para pengungsi justru “memohon” dipindahkan ke sana dari kamp pengungsian di Cox’s Bazar.

Tujuh kapal Angkatan Laut Bangladesh yang mengangkut lebih dari 1.800 pengungsi Rohingya tiba hari Selasa di sebuah pulau terpencil tujuan relokasi, terlepas dari kekhawatiran banyak kelompok HAM akan keselamatan mereka.

Mereka tiba di pulau bernama Bhashan Char, yang terletak 34 kilometer dari daratan, setelah menempuh empat jam perjalanan dari Pelabuhan Kota Chittagong, kata seorang pejabat setempat. Ia mengatakan, otorita di pulau itu menerima 433 pengungsi laki-laki, 523 perempuan dan 848 anak.

BACA JUGA: Bangladesh Mulai Merelokasi Sekitar 1.000 Pengungsi Rohingya

Mereka termasuk ke dalam gelombang kedua relokasi dari kamp pengungsian di distrik Cox’s Bazar yang kotor dan penuh sesak di daratan Bangladesh.

Sebelumnya, pemerintah Bangladesh merelokasi 1.642 pengungsi pada awal Desember, meski kelompok-kelompok HAM meminta proses itu dihentikan.

“Mereka pindah secara sukarela. Mereka sangat ingin pindah ke Pulau Bhashan Char karena mereka telah mendengar dari kerabat mereka, yang telah lebih dulu pindah ke sana, bahwa pulau itu tempat yang sangat baik,” kata Menteri Luar Negeri Bangladesh, A.K. Abdul Momen kepada kantor berita AFP.

Ia mengklaim bahwa pulau itu “100 kali lebih baik” daripada kamp-kamp pengungsi, dan bahwa para pengungsi “memohon” dibawa ke sana.

Kamp pengungsi di Pulau Bhashan Char, Bangladesh

Pejabat setempat mengatakan pada mulanya hanya 1.200 pengungsi yang diharapkan direlokasi, namun akhirnya 1.804 orang yang memilih pindah.

Dalam wawancara dengan kantor berita AFP, Shafi Alam, pengungsi Rohingya, mengatakan, “Kamp tempat kami tinggal sampai sekarang adalah tempat yang sulit dan penuh sesak untuk hidup dan bergerak. Karena pihak berwenang Bangladesh telah menyiapkan fasilitas ini untuk kami, kami memutuskan untuk pindah ke sana.”

BACA JUGA: Bangladesh Mulai Relokasi Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil

Sementara pengungsi lainnya, Morium Khatun, menuturkan, “Saya tidak punya masalah lain kecuali mencari ketenangan. Tempat itu, kamp pengungsi di Cox’s Bazar, bukanlah tempat untuk itu.”

Pulau Bhashan Char sendiri baru muncul ke permukaan 20 tahun lalu dan tidak pernah dihuni manusia.

Pulau itu biasanya terendam banjir di musim hujan, namun kini telah dipasang tanggul dan dilengkapi bangunan permukiman, rumah sakit dan masjid yang dibangun oleh Angkatan Laut Bangladesh dengan biaya lebih dari $112 juta.

Fasilitas di pulau itu dirancang untuk dapat mengakomodasi 100.000 orang, sebagian kecil dari total jutaan warga Muslim Rohingya yang melarikan diri dari persekusi dengan kekerasan di daerah asal mereka, di Myanmar, dan kini tinggal di kamp-kamp pengungsian di Cox’s Bazar.

Your browser doesn’t support HTML5

Gelombang Kedua Relokasi Ratusan Pengungsi Rohingya di Bangladesh ke Pulau Terpencil


Badan bantuan internasional dan PBB telah menentang relokasi itu sejak pertama kali diusulkan tahun 2015, dengan ketakutan akan terjadinya badai besar yang bisa menyapu pulau itu dan membahayakan ribuan nyawa.

PBB juga menyuarakan keprihatinan bahwa para pengungsi seharusnya diizinkan membuat “keputusan yang bebas dan matang”, apakah mau direlokasi atau tidak. Amnesty International dan Human Rights Watch juga telah mendesak pemerintah Bangladesh untuk membatalkan rencana tersebut. [rd/jm]