Bank Indonesia Atasi Gejolak Ekonomi Global

  • Iris Gera

Kantor Bank Indonesia di Jakarta Pusat. (Photo: VOA)

Pengamat ekonomi optimis pemerintah dan Bank Indonesia mampu mengatasi gejolak ekonomi global.
Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama terhadap dollar Amerika belum juga stabil, demikian pula cadangan devisa mengalami penurunan akibat intervensi Bank Indonesia untuk memperkuat nilai tukar rupiah. Kondisi tersebut dinilai berbagai kalangan sangat mengkhawatirkan bagi upaya Indonesia untuk meningkatkan perekonomian.

Pengamat ekonomi dari Universitas Padjajaran, Bandung, Kodrat Wibowo kepada VoA di Jakarta Senin (9/7) berpendapat, kekhawatiran melambatnya ekonomi didalam negeri akibat kondisi global wajar saja terutama bagi para pengusaha.

Namun ia optimis pemerintah dan Bank Indonesia (BI) mampu mengatasinya. Selain itu ia juga mengingatkan selama Amerika dan Jepang tidak terganggu oleh kondisi ekonomi Eropa secara signifikan, maka perekonomian Indonesia akan stabil.

“Perbankan dan pasar saham harus siap dikasih bemper. Tapi di luar itu, secara ekspor impor saya lihat kan porsi sumbangan ekspor kita ke mereka cuma 12 persen, satu Uni Eropa itu hampir sama dengan satu negara Jepang. Kalau Jepang dan Amerika, nah kita patut khawatir. Tapi kalau Eropa ya saya kira selain di luar masalah investasi dan hibah-hibah, kita tidak perlu takut,”

Kodrat sependapat dengan himbauan Bank Indonesia supaya masyarakat tidak khawatir secara berlebihan terkait gejolak ekonomi Eropa, terlebih lagi karena dampak ekonomi Indonesia dari negara-negara Eropa dinilainya tidak sesignifikan hubungan dagang Indonesia dengan Amerika maupun Jepang.

Sebelumnya Direktur Riset dan Kebijakan Moneter BI, Ferry Warjiyo, mengakui Indonesia sudah terkena dampak negatif dari kondisi ekonomi global akibat melemahnya perekonomian Eropa dan Amerika. Meski mengalami penurunan, tambahnya, sampai saat ini fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat.

“Tentu saja nanti akan ada komunikasi mengenai penilaian terakhirnya, tapi memang ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi kita lebih rendah,” ujarnya.

Kondisi serupa menurut Ferry juga berlaku untuk cadangan devisa, yang disebutnya masih aman.

“Cadangan devisa itu memang sebagian itu adalah untuk kita berjaga-jaga pada saat dibutuhkan, jadi jangan terlalu kemudian kita terlalu merisaukan masalah cadangan devisa, Pertama, posisinya masih besar jauh lebih cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita dan juga menangkal tekanan-tekanan negatif dari global,” jelas Ferry.

Akibat melemahnya nilai tukar rupiah, cadangan devisa menjadi berkurang sekitar US$5 miliar sejak akhir Mei 2012 hingga akhir Juni 2012 karena digunakan BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

BI menegaskan untuk mengatasi dampak negatif dari gejolak ekonomi global, ada tujuh hal menjadi prioritas BI untuk diperhatikan termasuk dalam kaitannya dengan produk perbankan yang ditawarkan agar masyarakat tidak dirugikan, seperti saham, deposito dan surat berharga. Ketujuh hal tersebut adalah pergerakan indeks harga saham, pergerakan nilai tukar rupiah, pergerakan tingkat suku bunga, krisis keuangan di negara lain, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kondisi keuangan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap stabilitas politik serta rumor yang berkembang baik di dalam maupun di luar negeri.