Bank Sentral Amerika Serikat, the Fed, menaikkan nilai suku bungan acuan sebesar setengah persen pada Rabu (4/5), sebuah upaya yang dilakukan untuk menahan laju inflasi pada negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut.
Biaya barang konsumen di AS telah meningkat selama berbulan-bulan, dan kenaikan inflasi tahunan sebesar 8,5 persen tercatat pada Maret lalu, yang merupakan lonjakan terbesar selama empat dekade. Para warga AS kini membayar harga jauh lebih tinggi untuk makanan, rumah, dan bahan bakar, sehingga menekan anggaran belanja rumah tangga.
BACA JUGA: Pasar Gelisah Nantikan Langkah Bank Sentral AS untuk Atasi InflasiSelain kenaikan suku bunga, Fed mengatakan mulai bulan depan pihaknya akan mengurangi portofolio asetnya senilai $9 triliun dalam rangka langkah lainnya untuk mengurangi inflasi.
Usai melangsungkan pertemuan selama dua hari di Washington, Fed mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Invasi Ukraina oleh Rusia menyebabkan kesulitan besar baik yang bersifat kemanusiaan maupun ekonomi. Dampaknya bagi ekonomi masih sangat tidak pasti.”
Pernyataan tersebut menambahkan bahwa “Invasi dan kejadian terkait menciptakan tekanan tambahan pada inflasi dan akan berdampak pada kegiatan ekonomi. Selain itu, lockdown terkait COVID di China kemungkinan besar akan memperparah gangguan pada mata rantai pasokan” dalam perdagangan dunia.
Seusai pertemuan, ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada sebuah konferensi pers bahwa “inflasi terlalu tinggi, dan kami faham kesulitan yang diakibatkannya.”
Tetapi dia mengatakan, Fed memiliki berbagai opsi yang bisa diambil dalam bulan-bulan mendatang untuk menurunkan laju inflasi ke target rata-rata Fed sebesar 2 persen, tetapi secara hari-hati dan tidak cepat sehingga mengakibatkan resesi pada ekonomi AS. [jm/ka]