Menulis esai yang baik, bukan perkara mudah. Banyak mahasiswa internasional di Amerika kesulitan membuat tugas ini. Untuk menyusun sebuah esai yang baik dan efektif, ada formula khususnya.
Jutaan siswa telah diajarkan sebuah formula yang tidak ada hubungannya dengan kimia, yaitu bagaimana menulis esai lima paragraf. Pertama, tulis paragraf pengantar untuk menyatakan argumen. Lalu, tambahkan tiga paragraf bukti. Akhirnya, tulis kesimpulan.
Linda Bergmann adalah direktur Writing Lab di Universitas Purdue di Indiana. Ia bertugas membantu siswa, termasuk siswa internasional, untuk meningkatkan kemampuan menulis mereka. Profesor Bergmann sering bekerja dengan banyak siswa yang mempelajari formula lima paragraf ini.
“Misalnya A adalah benar karena alasan satu, dua, tiga. Paragraf kedua adalah alasan pertama, paragraf berikutnya adalah alasan kedua. Paragraf berikutnya berisi alasan terakhir. Lalu paragraf terakhir ditulis, ‘jadi kita simpulkan bahwa ini benar,” kata Bergmann.
Profesor Bergmann mengatakan siswa internasional terkadang mengalami kesulitan dengan formula ini karena mereka mempelajari struktur penulisan yang berbeda.
Tapi menguasai teknik menulis esai lima paragraf saja tidak cukup bagi mahasiswa yang harus menulis makalah akademis yang lebih panjang. Profesor Bergmann mengatakan formula ini terlalu sederhana untuk tulisan yang memerlukan pemikiran dan investigasi yang lebih dalam.
Jadi kualitas seperti apa yang membentuk tulisan yang baik? Karen Gocsik, direktur eksekutif Institute Menulis dan Retorika di Dartmouth College di New Hampshire, mengatakan tidak ada formulanya.
"Apa yang kami ajarkan mahasiswa perguruan tinggi adalah perhatikan gagasan mereka, dan gagasan itu bisa menunjukkan formula yang tepat,” papar Gocsik.
Dalam beberapa budaya, siswa menyusun paragraf mereka untuk membangun gagasan utama pada akhir tulisan. Sedangkan mahasiswa Amerika biasanya menyatakan gagasan mereka di awal tulisan. Sementara siswa di beberapa budaya menggunakan banyak kata deskriptif, profesor Amerika umumnya lebih senang dengan kalimat yang pendek.
Linda Bergmann adalah direktur Writing Lab di Universitas Purdue di Indiana. Ia bertugas membantu siswa, termasuk siswa internasional, untuk meningkatkan kemampuan menulis mereka. Profesor Bergmann sering bekerja dengan banyak siswa yang mempelajari formula lima paragraf ini.
“Misalnya A adalah benar karena alasan satu, dua, tiga. Paragraf kedua adalah alasan pertama, paragraf berikutnya adalah alasan kedua. Paragraf berikutnya berisi alasan terakhir. Lalu paragraf terakhir ditulis, ‘jadi kita simpulkan bahwa ini benar,” kata Bergmann.
Profesor Bergmann mengatakan siswa internasional terkadang mengalami kesulitan dengan formula ini karena mereka mempelajari struktur penulisan yang berbeda.
Tapi menguasai teknik menulis esai lima paragraf saja tidak cukup bagi mahasiswa yang harus menulis makalah akademis yang lebih panjang. Profesor Bergmann mengatakan formula ini terlalu sederhana untuk tulisan yang memerlukan pemikiran dan investigasi yang lebih dalam.
Jadi kualitas seperti apa yang membentuk tulisan yang baik? Karen Gocsik, direktur eksekutif Institute Menulis dan Retorika di Dartmouth College di New Hampshire, mengatakan tidak ada formulanya.
"Apa yang kami ajarkan mahasiswa perguruan tinggi adalah perhatikan gagasan mereka, dan gagasan itu bisa menunjukkan formula yang tepat,” papar Gocsik.
Dalam beberapa budaya, siswa menyusun paragraf mereka untuk membangun gagasan utama pada akhir tulisan. Sedangkan mahasiswa Amerika biasanya menyatakan gagasan mereka di awal tulisan. Sementara siswa di beberapa budaya menggunakan banyak kata deskriptif, profesor Amerika umumnya lebih senang dengan kalimat yang pendek.