Putus Pasokan Gas, Putin Dituduh Gunakan Energi sebagai Senjata

  • Henry Ridgwell

Jaringan pipa gas Nord Stream-1 di kota Lubmin, Jerman (foto: dok).

Rusia menutup pipa gas utama Nord Stream-1 ke Jerman hari Rabu (31/8), mengklaim bahwa penutupan selama tiga hari itu penting dilakukan untuk proses perawatan turbin. Eropa dan AS menyangsikan klaim tersebut dan menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin “mempersenjatai” energi.

Tahun lalu, Rusia memasok 40 persen kebutuhan gas Uni Eropa. Dalam beberapa pekan terakhir, Rusia mengurangi aliran gas Nord Stream 1 menjadi hanya 20 persen dari kapasitasnya. Moskow menyalahkan penutupan pipa gas terbaru pada sanksi Barat yang menyasar ekonominya.

Dalam kunjungan ke Kota Lubmin di pesisir Baltik Jerman hari Selasa (30/8), di mana pipa Nord Stream mendarat dari laut, perdana menteri negara bagian Bavaria di Jerman, Markus Soeder, mengatakan bahwa negaranya dalam posisi yang sulit.

“Putin bermain-main dengan Nord Stream 1 dan Nord Stream 2. Saya rasa ini semacam permainan. Masalah kami sekarang adalah kami tidak dalam posisi yang memadai untuk menanggapi permainan ini,” kata Soeder kepada wartawan.

BACA JUGA: Kremlin Bela Keputusan Kurangi Pasokan Gas ke Eropa

Harga gas Eropa saat ini telah melonjak menjadi sekitar 10 kali harga rata-rata mereka selama dekade terakhir. Jerman menyatakan krisis gas pada bulan Juni dan memperingatkan bahwa konsumen dan pelaku usaha harus memangkas konsumsi gas mereka. Sejak itu, tingkat konsumsi sudah berkurang sekitar 20 persen.

Dalam sebuah pidato yang keras dan suram pekan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan akan berakhirnya masa-masa keberlimpahan – dan mengatakan bahwa warga P

“Kebebasan kita – sistem kebebasan, yang sudah terbiasa kita jalani – memiliki harga yang harus dibayar. Terkadang, jika harus dipertahankan, ia bisa menuntut pengorbanan untuk mencapai suatu akhir pertempuran yang harus kita lakukan,” kata Macron pada rapat kabinet 24 Agustus.

Dengan ditutupnya keran gas oleh Rusia, Eropa berebut mencari sumber energi alternatif. Impor gas alam cair (LNG) telah membantu Eropa mengisi tempat-tempat penyimpanan gas hingga kapasitas 80 persen, dua bulan lebih cepat dari target Uni Eropa. Hal itu telah menenangkan pasar dan menurunkan harga dalam beberapa hari terakhir. Tetapi simpanan itu tidak akan bertahan selamanya, kata Tom O’Donnell dari Free University di Berlin, yang juga pendiri kelompok analis energi The Global Barrel.

“Simpanan (gas alam cair) saja tidak akan cukup untuk musim dingin. Dengan diputusnya semua pipa – yang mana harus kita perkirakan akan dilakukan Rusia: memutus semua pipa – bahkan dengan semua gas alam cair yang bisa kita ambil, simpanan itu hanya akan bertahan selama dua setengah bulan pada musim di mana penghangat ruangan dinyalakan. Yang kemudian terjadi: Eropa terjebak,” kata O’Donnell kepada VOA.

BACA JUGA: Khawatir Pemutusan Pasokan Gas Rusia, Uni Eropa Sepakat Jatah Gas 

Eropa sendiri sedang mencoba melepaskan diri dari pasokan gas Rusia. Namun hal itu memakan waktu setidaknya dua tahun, kata O’Donnell.

“Untuk sementara, ia memegang kendali dan ia akan menggunakan semuanya sebelum ia benar-benar kehilangan bisnisnya itu. Ketergantungan Eropa terhadap gas yang dikirim Rusia melalui pipa itu jauh lebih besar dari pada, katakanlah, pentingnya uang itu bagi Putin, karena ia mendulang pendapatan yang jauh lebih besar dari minyak.”

Sementara itu, ada kekhawatiran yang berkembang atas suar gas Rusia yang telah menyala di dekat perbatasan Finlandia selama dua bulan. Para pakar mengatakan, Rusia membakar gas senilai $10 juta setiap harinya, melepaskan 9.000 ton karbon dioksida ke atmosfer. [rd/jm]