Hindari Bentrokan Dekat Tambang Grasberg, 100 Warga Papua Lari ke Hutan

Petugas Palang Merah Indonesia membantu warga mengungsi dari wilayah yang diduduki oleh kelompok bersenjata dekat tambang tembaga Grasberg yang dikelola oleh Freeport McMoRan Inc, di Mimika, Provinsi Papua, 17 November 2017 lalu (foto: ilustrasi).

Seorang komandan pemberontak di daerah paling timur Papua hari Selasa (3/4) mengatakan sedikitnya 100 warga desa telah berlindung di hutan pegunungan itu setelah serangan militer Indonesia.

Militer Indonesia dan pemberontak telah memberikan laporan yang sangat berbeda tentang bentrokan yang terjadi hari Minggu (1/4) di dekat tambang emas dan batubara Grasberg milik Amerika di kawasan terpencil itu. Berdasarkan pernyataan masing-masing pihak, sedikitnya dua kombatan tewas dalam bentrokan itu.

Tentara Pembebasan Papua Barat Hendrik Wanmang mengatakan penduduk asli Papua, yang kebanyakan perempuan dan anak-anak, melarikan diri ke hutan setelah tentara Indonesia membakar rumah mereka. “Kondisi mereka kini aman di hutan meskipun hanya makan apa yang ditemukan di dalam hutan,” ujar Wanmang.

Juru bicara militer Indonesia untuk kawasan Papua Kolonel Muhammad Aidi mengatakan pasukan gabungan militer dan polisi telah membebaskan enam warga desa di kawasan pegunungan Tembagapura dari kelompok separatis dan menuduh pemberontak sebagai pihak yang membakar rumah warga.

Pemberontakan telah melanda Papua sejak awal 1960an ketika Indonesia menganeksasi wilayah yang masih berada di bawah kendali Belanda pasca kemerdekaan Indonesia dua puluh tahun sebelumnya.

Tambang emas dan tembaga raksasa yang dimiliki Freeport-McMoran Inc adalah penyebab utama kepedihan warga Papua. Cadangan mineral yang kaya telah dikirim ke luar negeri selama puluhan tahun oleh perusahaan Amerika dan memberikan pemasukan pajak yang signifikan bagi pemerintah Indonesia. Tetapi penduduk asli Papua hanya memperoleh sedikit manfaat, dan dibandingkan penduduk di daerah-daerah lain di Indonesia, mereka lebih miskin, lebih sakit-sakitan dan meninggal dalam usia muda.

Tembagapura, distrik di dekat tambang itu, merupakan lokasi bentrokan antara militer dan pemberontak November lalu, ketika militer mengatakan pemberontak bersenjata menyandera ratusan warga desa. Klaim itu dibantah oleh Tentara Pembebasan Papua Barat. Warga desa yang merupakan migran dari daerah-daerah lain di Indonesia meninggalkan lokasi itu, tetapi warga Papua tetap berada di desa-desa tersebut.

Aidi mengatakan pengamatan lewat pesawat nirawak menunjukkan pasukan Inodnesia yang berjumlah 50 orang menewaskan dua pemberontak dan melukai puluhan lainnya dalam “tembak-menembak” hari Minggu. Ditambahkannya, para pemberontak “membakar sejumlah rumah sebelum melarikan diri.”

Sebaliknya Wanmang mengatakan 28 tentara dan dua pemandu lokal tewas dalam pertempuran itu, sementara seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dibakar hingga tewas setelah desanya ditembaki militer.

Kedua pihak menyangkal sebagian besar klaim pihak lain.

Wanmang mengakui bahwa pemberontak sebelumnya membakar rumah sakit dan sekolah di daerah itu. Menurutnya rumah sakit milik Freeport itu tidak membantu warga Papua, sementara sekolah yang dibakar selama ini digunakan Indonesia untuk mengindoktrinasi pemuda Papua. [em/al]