Beras tercemar kembali menimbulkan keprihatinan para petani dan konsumen. Masalah ini menjadi sangat serius karena adanya peningkatan ketergantungan dunia pada beras.
Penelitian oleh tim ilmuwan Amerika di kota New Jersey mendapati tingginya kandungan timah hitam pada beras impor, termasuk pada sebagian makanan bayi. Penelitian baru ini merupakan kelanjutan studi tahun lalu yang menemukan arsenik pada beras dan produk-produk beras.
Penelitian oleh tim ilmuwan Universitas Monmouth mendapati bahwa beras impor yang memiliki kandungan timah hitam bisa menyebabkan resiko kesehatan – khususnya pada bayi dan anak-anak.
Para ilmuwan menganalisa contoh-contoh beras dari Asia, Eropa dan Amerika Selatan. Mereka mengatakan beras impor dari Taiwan dan China memiliki kandungan timah hitam tertinggi.
Meskipun beras merupakan makanan pokok bagi tiga milyar orang di seluruh dunia, kepala tim riset tersebut mengatakan Amerika hanya mengimpor 7 persen kebutuhan berasnya. Tetapi impor beras dan tepung beras Amerika telah meningkat lebih dari 200 persen sejak tahun 1999.
Petani padi di Thailand Selatan menanggapi hasil penelitian itu dengan mengatakan, “Ini bisa menimbulkan dampak 100 persen pada kami. Produksi beras kami mulai lebih populer tetapi kini beras lain yang mengandung kimia beracun yang dicampur ke dalam beras lain. Ini bisa merugikan penjualan beras kami dan menurunkan keuntungan”.
Arina Aonbut menambahkan, “Saya sangat khawatir tentang masalah ini karena kalau beras diekspor ke luar negeri, mereka menggunakan bahan kimia untuk mengawetkannya. Jika tidak – beras tersebut mungkin jadi rusak”.
Laporan tersebut mengatakan paparan timah hitam dalam beras sehari-hari pada bayi dan anak-anak 30 hingga 60 kali lebih tinggi dibanding tingkat yang diijinkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Pangan Amerika FDA. Kepala penelitian tersebut mengatakan anak-anak Asia menghadapi resiko dua kali lebih besar karena konsumsi beras yang lebih tinggi di kawasan itu.
Penelitian terbaru ini menyusul penelitian tahun lalu yang menemukan kandungan arsenik pada contoh-contoh beras dan produk beras – termasuk cereal bars dan susu balita.
Caroline Smith DeWaal dari LSM “Center for Science in the Public Interest” di Washington mengatakan, “Temuan tentang kandungan timah hitam itu masih terlalu baru untuk diketahui, apakah terjadi ketika beras masih dalam proses lebih lanjut, tetapi menurut saya banyak orang prihatin karena ini mungkin menunjukkan beberapa kondisi di lapangan dimana padi tumbuh”.
Para peneliti menemukan kandungan timah yang tinggi dari contoh-contoh beras yang berasal dari Republik Chechnya, Bhutan, Italia, India dan Thailand.
Penelitian oleh tim ilmuwan Universitas Monmouth mendapati bahwa beras impor yang memiliki kandungan timah hitam bisa menyebabkan resiko kesehatan – khususnya pada bayi dan anak-anak.
Para ilmuwan menganalisa contoh-contoh beras dari Asia, Eropa dan Amerika Selatan. Mereka mengatakan beras impor dari Taiwan dan China memiliki kandungan timah hitam tertinggi.
Meskipun beras merupakan makanan pokok bagi tiga milyar orang di seluruh dunia, kepala tim riset tersebut mengatakan Amerika hanya mengimpor 7 persen kebutuhan berasnya. Tetapi impor beras dan tepung beras Amerika telah meningkat lebih dari 200 persen sejak tahun 1999.
Petani padi di Thailand Selatan menanggapi hasil penelitian itu dengan mengatakan, “Ini bisa menimbulkan dampak 100 persen pada kami. Produksi beras kami mulai lebih populer tetapi kini beras lain yang mengandung kimia beracun yang dicampur ke dalam beras lain. Ini bisa merugikan penjualan beras kami dan menurunkan keuntungan”.
Arina Aonbut menambahkan, “Saya sangat khawatir tentang masalah ini karena kalau beras diekspor ke luar negeri, mereka menggunakan bahan kimia untuk mengawetkannya. Jika tidak – beras tersebut mungkin jadi rusak”.
Laporan tersebut mengatakan paparan timah hitam dalam beras sehari-hari pada bayi dan anak-anak 30 hingga 60 kali lebih tinggi dibanding tingkat yang diijinkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Pangan Amerika FDA. Kepala penelitian tersebut mengatakan anak-anak Asia menghadapi resiko dua kali lebih besar karena konsumsi beras yang lebih tinggi di kawasan itu.
Penelitian terbaru ini menyusul penelitian tahun lalu yang menemukan kandungan arsenik pada contoh-contoh beras dan produk beras – termasuk cereal bars dan susu balita.
Caroline Smith DeWaal dari LSM “Center for Science in the Public Interest” di Washington mengatakan, “Temuan tentang kandungan timah hitam itu masih terlalu baru untuk diketahui, apakah terjadi ketika beras masih dalam proses lebih lanjut, tetapi menurut saya banyak orang prihatin karena ini mungkin menunjukkan beberapa kondisi di lapangan dimana padi tumbuh”.
Para peneliti menemukan kandungan timah yang tinggi dari contoh-contoh beras yang berasal dari Republik Chechnya, Bhutan, Italia, India dan Thailand.