Modal cinta. Itulah yang diperlukan dalam merintis bisnis memperkenalkan Indonesia di Amerika, menurut Lydia Anastasia Hardono-Kadarman (Tasya), pemilik galeri “LeGenda” di Chicago, Illinois.
"It’s a business of passion gitu. Karena kalo bagi saya, kalo bukan saya yang melakukannya lagi, siapa lagi? Karena bisnis ini membutuhkan suatu passion, saya melihatnya sebagai suatu art, the art of living," komentarnya.
Sejak Oktober 2022, “LeGenda” mulai menawarkan produk kerajinan tangan karya pengusaha mikro kecil dan menengah di Indonesia dan diaspora Indonesia di Amerika.
"Saya melihat ada opportunity karena nggak banyak, di luar orang indonesia di Chicago, yang tahu... yang familiar sama Indonesia," akunya.
Galeri seni ini ikut hadir dalam acara festival “WOW Indonesia!” di Washington D.C. akhir Agustus lalu.
“LeGenda” adalah bisnis ketiga Tasya, selain restoran “Minahasa” dan toserba Indonesia “WARoeNG” yang dirintis bersama dua rekan bisnisnya, Juni 2021.
"Di 'WARoeNG', yang sangat disayangkan, sekarang saya harus menutup 'WARoeNG' karena memang ada banyak hal yang terjadi. Tapi kalau menurut saya dari ketiga bisnis saya itu, kalau kita mau bisnis sendiri, kita bisa maju bisnis sendiri, melakukan sendiri semuanya. Tetapi saya berpikir begini..., kalau saya melakukan everything by myself, how far I can go?," jelas Tasya.
Menggandeng rekan bisnis yang dapat berkolaborasi untuk berkembang, menurut Tasya, menjadi salah satu kunci keberhasilan, selain tentunya produk yang ditawarkan.
Pat Taylor, pengunjung festival "WOW Indonesia!" yang kerap melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia, melihat potensi pasar produk Indonesia di Amerika Serikat.
"Sebaiknya impor diperbanyak, saya rasa pasarnya di situ... seperti batik dan kain katun. Saya rasa akan banyak disukai perempuan dan laki-laki. Dan walaupun saya tidak banyak tahu, tapi kopi (Indonesia) sangat enak," komentarnya.
Hal ini dibenarkan Vivit Kavi, pemilik “Dua DC Coffee” di Washington D.C., yang berhasil mempertahankan bisnisnya melalui masa pandemi. Menurutnya, produk apa pun dari Indonesia, sepanjang ada elemen kemanusiaannya, akan dapat diterima oleh publik Amerika.
"Karena Indonesia itu unik, Indonesia itu langka, dan Indonesia itu sebenernya jika paketnya itu dibuat cantik, dibuat sebuah approach yang human, itu pasti kejual. whatever comes from the heart, touch the heart," komentarnya."
"Begitu mereka tahu ceritanya, mereka akan merasa terhubung dengan produk tersebut. Dan membuat mereka lebih mudah untuk membeli," imbuh Tasya.
Menurut Tasya dan Vivit, selain modal, dibutuhkan kerangka berpikir dan kesiapan mental untuk memperkenalkan produk Indonesia di Amerika. Tak ada proses yang instant. Harus ada ketekunan dan kesabaran untuk mulai membangun fondasi bisnis yang sesuai dengan lingkungan di Amerika. [di-nis/es]