Ahli-ahli teknik di London melakukan pekerjaan sukarela dengan mengembangkan teknologi Olimpiade bagi orang cacat di halaman rumah mereka.
Di garasi rumahnya di luar kota London David Sheffield sedang mengerjakan prototip kursi roda yang tepat bagi para atlet Paralympic. Ahli teknik Doug Watt ikut membantunya. Mereka merupakan bagian dari sekitar seribu orang yang secara sukarela bergabung dalam “Remap” guna merancang teknologi yang membantu orang cacat. Mereka melakukannya di garasi rumah tanpa dibayar dan biasanya menggunakan bahan-bahan mereka sendiri.
Kursi roda yang sedang mereka kerjakan dirancang sesuai kebutuhan atlet tolak peluru Shaun Sewell. Menurut David Sheffield, kursi roda itu juga dapat disesuaikan dan akan digunakan sebagai contoh bagi peralatan para atlet pada masa depan.
Ia menuturkan, “Kami diminta membuat kursi roda yang benar-benar bisa disesuaikan, sehingga kami bisa menggunakannya tidak saja untuk Shaun Sewell tapi juga atlet-atlet lainnya. Kami menemukan posisi-posisi untuk terkait cara mereka duduk, cara mereka memegang lembing, dan cara mereka bersandar dan sebagainya. Setelah semua siap kami membuatkan kursi roda khusus untuk mereka dengan dimensi-dimensi dan fitur-fitur tadi.”
Shaun Sewell datang ke bengkel buatan itu ketika VOA sedang berada di sana. Shaun Sewell yang berusia 30 tahun telah menggunakan kursi roda sejak kehilangan kedua kakinya akibat kecelakaan sepeda motor 13 tahun lalu. Ia hampir lolos kualifikasi untuk mengikuti Paralympic di Beijing tahun 2008 lalu, tetapi rencananya terganggu ketika ia terkena penyakit septicemia, sejenis keracunan darah, yang mengancam jiwanya. Ia mengatakan beberapa tahun belakangan merupakan tantangan baginya.
“Perjalanan saya sebagai atlet yang kompetitif sama sekali tidak mudah. Berusaha menemukan pelatih, menemukan tempat latihan yang bisa membantu sesuai kebutuhan saya – karena ada beberapa hal yang tidak bisa saya kerjakan sendiri. Karena saya ingin mengikuti olahraga lempar lembing sebagai seorang cacat, saya mencari seorang tukang las dan membuat semacam kerangka untuk membantu, tetapi hasilnya tidak baik,” urainya.
Itu jauh dari kursi roda baru yang dirancang David Sheffield dan Dough Watt baginya. Mereka secara hati-hati mengukur semua hal sehingga tepat bagi tubuh Shaul Sewell. Mereka juga memperhatikan bagaimana ia melempar lembing, sehingga mereka tahu bagaimana gerakan tubuhnya dan dukungan ekstra apa yang paling dibutuhkan.
Shaun Sewell mengatakan ia berniat mengikuti Paralympic Games di Rio de Janeiro empat tahun lagi. Kursi roda baru itu, katanya, akan membantunya ke sana.
“Saya yakin kursi roda ini akan sangat membantu. Saya melempar sangat baik dengan fitur yang saya miliki sekarang, meski sebetulnya tidak tepat bagi saya. Jadi memiliki sesuatu yang tepat akan memperbaiki jarak lemparan saya,” ujarnya.
Peter Parry, Ketua Pembina “Remap,” mengatakan, para sukarelawan telah membuat piranti bagi tiga atlet yang bertarung dalam Paralympics tahun ini. Ia menambahkan, ini bukan seperti pekerjaan sukarelawan yang biasa, karena ada buku pedoman tentang teknologi apa yang boleh digunakan.
“Kita dapat membantu mereka untuk mendorong diri mereka sendiri. Kita dapat menyediakan tiang untuk membantu mereka menyeimbangkan tubuh, tetapi kita tidak boleh menyediakan pegas atau hidrolik yang akan memberi mereka keuntungan tidak adil, karena ini kemudian akan menjadi pertarungan tentang siapa yang bisa membuat piranti terbaik dibanding soal siapa atlet yang terbaik,” ukar Parry.
Peter Parry mengakui bahwa teknologi menimbulkan godaan untuk curang, sama seperti obat-obatan yang meningkatkan performa. Untungnya, ujar Peter, tidak sulit melihat keuntungan yang tidak wajar pada kursi roda.
Peter Parry menambahkan teknologi canggih akan lebih menyulitkan untuk mengawasi hal ini.
Kursi roda yang sedang mereka kerjakan dirancang sesuai kebutuhan atlet tolak peluru Shaun Sewell. Menurut David Sheffield, kursi roda itu juga dapat disesuaikan dan akan digunakan sebagai contoh bagi peralatan para atlet pada masa depan.
Ia menuturkan, “Kami diminta membuat kursi roda yang benar-benar bisa disesuaikan, sehingga kami bisa menggunakannya tidak saja untuk Shaun Sewell tapi juga atlet-atlet lainnya. Kami menemukan posisi-posisi untuk terkait cara mereka duduk, cara mereka memegang lembing, dan cara mereka bersandar dan sebagainya. Setelah semua siap kami membuatkan kursi roda khusus untuk mereka dengan dimensi-dimensi dan fitur-fitur tadi.”
Shaun Sewell datang ke bengkel buatan itu ketika VOA sedang berada di sana. Shaun Sewell yang berusia 30 tahun telah menggunakan kursi roda sejak kehilangan kedua kakinya akibat kecelakaan sepeda motor 13 tahun lalu. Ia hampir lolos kualifikasi untuk mengikuti Paralympic di Beijing tahun 2008 lalu, tetapi rencananya terganggu ketika ia terkena penyakit septicemia, sejenis keracunan darah, yang mengancam jiwanya. Ia mengatakan beberapa tahun belakangan merupakan tantangan baginya.
“Perjalanan saya sebagai atlet yang kompetitif sama sekali tidak mudah. Berusaha menemukan pelatih, menemukan tempat latihan yang bisa membantu sesuai kebutuhan saya – karena ada beberapa hal yang tidak bisa saya kerjakan sendiri. Karena saya ingin mengikuti olahraga lempar lembing sebagai seorang cacat, saya mencari seorang tukang las dan membuat semacam kerangka untuk membantu, tetapi hasilnya tidak baik,” urainya.
Itu jauh dari kursi roda baru yang dirancang David Sheffield dan Dough Watt baginya. Mereka secara hati-hati mengukur semua hal sehingga tepat bagi tubuh Shaul Sewell. Mereka juga memperhatikan bagaimana ia melempar lembing, sehingga mereka tahu bagaimana gerakan tubuhnya dan dukungan ekstra apa yang paling dibutuhkan.
Shaun Sewell mengatakan ia berniat mengikuti Paralympic Games di Rio de Janeiro empat tahun lagi. Kursi roda baru itu, katanya, akan membantunya ke sana.
“Saya yakin kursi roda ini akan sangat membantu. Saya melempar sangat baik dengan fitur yang saya miliki sekarang, meski sebetulnya tidak tepat bagi saya. Jadi memiliki sesuatu yang tepat akan memperbaiki jarak lemparan saya,” ujarnya.
Peter Parry, Ketua Pembina “Remap,” mengatakan, para sukarelawan telah membuat piranti bagi tiga atlet yang bertarung dalam Paralympics tahun ini. Ia menambahkan, ini bukan seperti pekerjaan sukarelawan yang biasa, karena ada buku pedoman tentang teknologi apa yang boleh digunakan.
“Kita dapat membantu mereka untuk mendorong diri mereka sendiri. Kita dapat menyediakan tiang untuk membantu mereka menyeimbangkan tubuh, tetapi kita tidak boleh menyediakan pegas atau hidrolik yang akan memberi mereka keuntungan tidak adil, karena ini kemudian akan menjadi pertarungan tentang siapa yang bisa membuat piranti terbaik dibanding soal siapa atlet yang terbaik,” ukar Parry.
Peter Parry mengakui bahwa teknologi menimbulkan godaan untuk curang, sama seperti obat-obatan yang meningkatkan performa. Untungnya, ujar Peter, tidak sulit melihat keuntungan yang tidak wajar pada kursi roda.
Peter Parry menambahkan teknologi canggih akan lebih menyulitkan untuk mengawasi hal ini.