Besek, Daun Pisang Gantikan Plastik untuk Bungkus Hewan Kurban

  • Yudha Satriawan

Seperti di Solo, sebuah masjid di Yogykarta juga menggunakan daun untuk membungkus daging-daging kurban sebelum dibagikan dalam rangka Iduladha, 11 Agustus 2019. (Foto: Antara/Andreas Fitri via Reuters)

Sebagian masyarakat di Solo mulai mengurangi penggunaan kantong plastik dalam pembagian daging hewan qurban dan beralih memakai daun pisang, daun pohon jati, atau bungkus dari anyaman bambu. Langkah itu untuk merespon imbauan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Sejumlah penyedia jasa penyembelihan dan penjualan hewan kurban di Solo pada Hari Raya Iduladha yang jatuh pada Minggu (11/8), menyediakan bungkus dari bahan ramah lingkungan, seperti daun pisang dan besek atau kotak dari anyaman bambu, sebagai pengganti kantong plastik.

Langkah itu untuk merespon imbauan Kementerian Lingkungan Hidup dan instruksi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, tentang penggunaan kantong plastik untuk membungkus daging hewan kurban.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengeluarkan surat edaran nomor SE.2/PSLB3/PS/PLB.0/7/2019 tentang Pelaksanaan Hari Raya Idul Adha Tanpa Sampah kepada seluruh pemerintah daerah di Indonesia, termasuk mengurangi penggunaan kantong plastik, untuk mengantisipasi penumpukan sampah plastik.

Besek dari anyaman bambu pesanan konsumen menumpuk di salah satu pusat penjualan dan jasa penyembelihan hewan kurban di Solo, Jumat, 9 Agustus 2019. (Foto: Yudha Satriawan/VOA)

Siswanto, seorang pengusaha penjualan dan jasa penyembelihan hewan kurban di Solo, mengatakan kini konsumen memilih memakai bungkus dari besek sebagai pengganti kantong plastik karena lebih terjaga kesegarannya.

"Dagingnya akan dimasukkan dalam besek, kotak dari anyaman bambu. Kita sudah siapkan ribuan besek,” ujar Siswanto, yang tahun ini mendapat order dari dua perusahaan untuk menyembelih dua ekor sapi.

BACA JUGA: Atasi Sampah Plastik, Jatim Percepat Pembangunan PLTSa

“Mereka tidak mau pakai kantong plastik. Daging kalau dimasukkan dalam kantong plastik itu jadi tidak terjaga kesegarannya, mudah rusak, dan gampang bau kecing (busuk menyengat,red.). Jadi semua daging kami masukkan ke dalam besek, tidak lagi pakai kantong plastik,” tambahnya.

Seperti halnya di berbagai kota di Indonesia, sebagian besar masyarakat Solo masih menggunakan kantong plastik, terutama saat berbelanja di pasar tradisional dan pedagang kaki lima (PKL). Indonesia sendiri adalah penghasil sampah plastik nomor dua terbesar di dunia.

Menurut data BPS 2018, di Kota Bengawan itu, ada sekitar 44 pasar tradisional dengan total hampir 19 ribu pedagang dan hampir 700an PKL. Jika rata-rata satu pedagang menggunakan 50 kantong plastik per hari, dengan jumlah 20.000 pedagang, penggunaan kantong plastik di Solo diperkirakan bisa menembus satu juta lembar per hari. Angka tersebut belum termasuk saat penggunaan kantong plastik dalam pembagian daging hewan kurban.

Tumpukan besek dari anyaman bambu sebagai pengganti kantong plastik dalam pembagian daging kurban di Balai Kota Solo, Minggu (11/8). (Foto: Pemkot Surakarta)

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam videonya mengimbau warganya tidak menggunakan kantong plastik dalam pembagian daging hewan kurban.

“Saya berharap saat Iduladha, daging kurban bisa terbagi semua. Tetapi kantong plastiknya tidak ikut terbagi karena sudah diganti besek, daun pisang, daun jati, atau kreneng," ujar Ganjar.

Kepala Dinas Pertanian Pemkot Surakarta, Weni Ekayanti, mengatakan pihaknya selalu mengimbau masyarakat tidak memakai kantong plastik dalam pembagian daging kurban karena berdampak pada kesegaran daging saat dibagikan pada masyarakat.

Your browser doesn’t support HTML5

Besek, Daun Pisang Gantikan Plastik untuk Bungkus Hewan Kurban di Solo

"Kami mengapresiasi kesadaran warga tak lagi pakai kantong plastik di Idul Kurban ini. Alternatif memakai daun pisang, besek atau anyaman bambu, itu sangat bagus," kata Weni.

"Anyaman bambu dan daun pisang itu kan menjaga kesegaran daging dan mudah menyerap air. Bisa menjadi salah satu contoh ramah lingkungan," sambung Weni, seraya mengakui mengubah kebiasaan menggunakan kantong plastik tidak mudah.

Selain itu, Weni juga menyoroti kebiasaan warga tidak menyediakan tangki septik untuk menampung darah saat penyembelihan hewan kurban, dan kebiasaan mencuci daging jerohan hewan kurban di sungai. [ys/ft]