Biaya Pendidikan Tinggi di AS Bikin Bangkrut Mahasiswa

Wisuda mahasiswa yang telah lulus di kampus Columbia University, New York, 17 Mei 2017. (Foto: dok).

Biaya kuliah di Amerika Serikat masih tercatat sebagai yang tertinggi selama ini, dan bahkan lebih tinggi lagi bagi mahasiswa internasional. Para politisi AS yang meninjau masa depan pendidikan tinggi setelah pandemi COVID-19 menyatakan, penanganan masalah biaya ini sangat penting bagi mahasiswa dan universitas.

Karena penyelenggaraan kuliah beralih menjadi daring di sebagian besar perguruan tinggi di AS, uang kuliah pada tahun 2020 mengalami kenaikan yang paling kecil dalam puluhan tahun belakangan, sebut Biro Statistik Tenaga Kerja AS.

Tetapi tetap saja uang kuliah tersebut masih terlalu mahal.

Anggota DPR dari fraksi Republik Greg Murphy dalam wawancara melalui YouTube mengemukakan, “Biaya kuliah jelas terlalu tinggi dan akan terus naik. Kita tidak dapat terus demikian. Kenaikan biaya kuliah, seperti sekarang ini, akan membuat bangkrut para mahasiswa kita.”

Triton Brown, mahasiswa Xavier University, belajar di kampusnya sebelum bekerja paruh waktu di New Orleans, 8 Februari 2013. (Foto: dok)

Uang kuliah dan biaya-biaya lain bahkan lebih tinggi lagi bagi mahasiswa internasional, yang biasanya membayar biaya penuh, kadang-kadang lebih dari 100 ribu dolar per tahun untuk universitas.

Para legislator AS menunjukkan biaya tambahan yang dihadapi para mahasiswa.

Anggota DPR dari fraksi Demokrat, Ilhan Omar, juga melalui YouTube menjelaskan, “Bahkan sebelum pandemi COVID-19 melandapun, ada banyak mahasiswa yang berjuang keras untuk menutup biaya kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, makanan dan penitipan anak. Masalah pandemi COVID-19 telah menambah ke banyak rintangan lainnya.”

Your browser doesn’t support HTML5

Biaya Pendidikan Tinggi di AS “Membuat Bangkrut Mahasiswa”

Pandemi COVID-19 berdampak bagi lebih dari satu juta mahasiswa internasional yang terdaftar di perguruan tinggi AS tahun lalu. Banyak yang kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan dana sewaktu kampus-kampus ditutup pada Maret tahun lalu.

Seorang mahasiswa internasional asal Kolombia, Isabela Linares, melalui Skype mengemukakan, “Kami jadi terpepet – seperti status imigrasi atau visa, perbedaan zona waktu, atau perbedaan bahasa – juga secara ekonomi nilai tukar mata uang benar-benar merupakan masalah.”

BACA JUGA: Paket Bantuan COVID-19 AS, Termasuk Bantuan untuk Mahasiswa

Dalam beberapa putaran paket bantuan, Kongres mengalokasikan lebih dari 75 miliar dolar untuk lembaga-lembaga pendidikan tinggi. Para mahasiswa internasional yang sangat terdampak oleh pandemi itu menyatakan mereka juga berharap mendapat bantuan ekonomi.

Mahasiswa pascasarjana dari Nigeria, Osasu Osaze, melalui Skype mengatakan, “Bahkan meminta bantuan dari rumah pun sulit sekali, karena orang tua kami, keluarga kami, teman-teman kami, mereka terpukul keras oleh COVID. Lalu kami melihat bantuan datang bagi para mahasiswa lain, tetapi mahasiswa internasional tidak mendapatkan apa-apa. Ini benar-benar menyakitkan bagi kami.”

Sementara 75 miliar dolar bantuan itu ditujukan untuk membantu sekolah-sekolah mempertahankan operasi mereka, membayar gaji dan mempersiapkan pembukaan kembali sekolah dengan aman, sebagian bantuan akan ditujukan kepada mahasiswa dalam bentuk bantuan keuangan darurat. Para analis pendidikan konservatif meminta Kongres agar memantau dengan cermat bagaimana dana bantuan itu dibelanjakan.

Para analis pendidikan konservatif meminta Kongres agar memantau dengan cermat bagaimana dana bantuan itu dibelanjakan. (Foto: ilustrasi).

Lindsey Burke dari lembaga kajian Heritage Foundation Center for Education Policy, melalui YouTube menjelaskan, “Perguruan tinggi sekarang ini harus mengambil kesempatan untuk memastikan bahwa uang itu digunakan secara bertanggung jawab. Dewan pengawas perlu mengarahkan perguruan tinggi mereka untuk menangani prioritas program dan menginvestasikan kembali dana serta program yang memajukan misi inti mereka, bukannya terus terlibat dalam persaingan mengenai fasilitas dan kelengkapan.”

Pendaftaran mahasiswa baru berkurang baik untuk mahasiswa dari dalam negeri maupun dari luar negeri, terutama karena COVID. Tetapi biaya pendidikan di AS merupakan alasan ke-dua penurunan itu.

Para politisi dari kedua partai sepakat, pendidikan tinggi Amerika sangat memerlukan perubahan. Namun cara memajukannya sendiri masih belum jelas. [uh/ab]