Karena kuliah bergeser secara online di sebagian besar perguruan tinggi dan universitas di Amerika, tahun 2020 mengalami kenaikan biaya kuliah terkecil dalam beberapa dekade, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS.
Namun itu masih terlalu mahal, seperti dikatakan oleh anggota kongres Greg Murphy dari Partai Republik.
“Biaya kuliah jelas terlalu tinggi dan terus meningkat. Kita jelas tidak bisa terus begini. Kenaikan biaya kuliah, seperti saat ini, membuat mahasiswa kita bangkrut," katanya,
Uang kuliah dan biaya lain bahkan lebih tinggi lagi untuk mahasiswa internasional, yang biasanya membayar harga penuh, terkadang lebih dari $100 ribu setahun untuk perguruan tinggi atau universitas. Anggota Kongres Amerika menunjukkan biaya tambahan yang dihadapi oleh para mahasiswa, seperti disampaikan oleh Ilhan Omar dari Partai Demokrat.
BACA JUGA: Rencana Pengampunan Pinjaman Mahasiswa AS Ditanggapi Kritis"Bahkan sebelum pandemi COVID-19 melanda, ada banyak mahasiswa yang berjuang untuk menutupi biaya kebutuhan dasar seperti perumahan, makanan dan perawatan anak. Pandemi COVID-19 telah menambah banyak rintangan," kata Ilhan Omar.
Pandemi COVID-19 memengaruhi lebih dari satu juta mahasiswa internasional yang terdaftar di Amerika tahun lalu. Banyak yang kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan dana ketika kampus mereka ditutup Maret lalu.
“Kami sangat disibukkan oleh banyak hal – seperti status imigrasi atau seperti visa atau zona waktu atau perbedaan bahasa – tetapi juga secara ekonomi. Nilai tukar adalah hal yang nyata, dan saya tahu kebanyakan mahasiswa tidakmengalaminya – seperti saya misalnya, $1 sama dengan tiga ribu peso," kata Isabela Linares, mahasiswa Internasional dari Kolombia.
Dalam beberapa putaran paket bantuan, Kongres mengalokasikan lebih dari $75 miliar untuk institusi pendidikan tinggi. Mahasiswa internasional yang terkena dampak pandemi mengatakan mereka juga berharap mendapat bantuan ekonomi.
“Bahkan susah mendapat bantuan dari negara asal, karena orang tua kami, keluarga kami, teman-teman kami, mereka juga terkena COVID. Kemudian kami hanya melihat bahwa bantuan datang untuk mahasiswa lain, tetapi mahasiswa internasional tidak mendapatkannya. Itu sangat menyakitkan bagi kami," kata Osasu Osaze, mahasiswa Pascasarjana dari Nigeria.
Sementara bantuan $75 miliar ditujukan untuk membantu universitas dan sekolah tinggi dalam mempertahankan operasi, pembayaran gaji dan mempersiapkan pembukaan kembali yang aman, sebagian akan diarahkan pada mahasiswa dalam bantuan keuangan darurat. Para analis pendidikan konservatif meminta Kongres untuk memantau dengan cermat bagaimana dana bantuan itu dipakai.
BACA JUGA: Efek Riak COVID-19 Masih Berdampak pada Universitas-universitas di AS“Perguruan tinggi sekarang harus mengambil kesempatan untuk memastikan bahwa uang digunakan secara bertanggung jawab. Dewan penyantun dan pengawas perguruan tinggi perlu mengarahkan universitas mereka untuk menangani prioritas program dan menginvestasikan kembali dana dan program yang memajukan misi inti mereka, daripada terus terlibat dalam perlombaan pembangunan fasilitas dan perlengkapan," kata Lindsey Burke, seorang analis dari Pusat Kajian Pendidikan di Heritage Foundation.
Pendaftaran mahasiswa baru di perguruan tinggi menurun di antara mahasiswa nasional dan internasional, sebagian besar karena COVID-19, tetapi biaya pendidikan di amerika adalah alasan nomor dua. Para politisi baik dari Partai Demokrat maupun partai Republik sepakat: Pendidikan tinggi di Amerika sangat membutuhkan reformasi, tetapi cara yang mesti ditempuh masih belum jelas. [lt/ka]