Presiden AS Joe Biden dijadwalkan membahas ketegangan di Timur Tengah dengan tim keamanan nasionalnya pada hari Senin (5/8), dan akan mengadakan pembicaraan lewat telepon dengan Raja Yordania Abdullah II. Sementara itu para pemimpin Israel memperingatkan bahwa mereka akan menuntut “harga yang mahal” jika diserang, di tengah kekhawatiran tentang potensi aksi balas dendam yang dilancarkan oleh Iran atau proksi-proksinya di kawasan tersebut.
Seorang juru bicara kementerian luar negeri Iran mengatakan dalam jumpa pers hari Senin bahwa Iran “tidak berusaha memperburuk ketegangan di kawasan tersebut,” tetapi berhak menghukum Israel setelah serangan minggu lalu yang menewaskan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan Haniyeh, yang terjadi beberapa jam setelah serangan udara Israel di Beirut yang menewaskan seorang komandan kelompok militan Hizbullah, yang seperti Hamas didukung oleh Iran.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Minggu (4/8) bahwa Iran dan proksi-proksinya berusaha mengepung Israel “dalam cengkeraman terorisme.”
“Kami bertekad untuk melawan mereka di setiap lini dan di setiap arena – dekat dan jauh,” kata Netanyahu. “Siapa pun yang berusaha menyakiti kami akan membayar harga yang sangat mahal.”
Pada hari Senin (5/8) Turki dan Jepang menyarankan warga negara masing-masing untuk meninggalkan Lebanon, bergabung dengan Amerika Serikat, Prancis, Kanada, Inggris, dan Yordania dalam memperingatkan potensi bahaya.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi berada di Iran pada hari Minggu di mana ia mendesak diakhirinya eskalasi. Dia mendorong agar kawasan tersebut hidup dalam “perdamaian, keamanan, dan stabilitas.”
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berbicara pada hari Minggu dengan mitranya dari Israel Yoav Gallant, dan menegaskan kembali “dukungan kuat AS untuk keamanan Israel dan hak untuk membela diri terhadap ancaman dari Iran” dan proksi-proksi Iran seperti Hizbullah yang berbasis di Lebanon dan Houthi yang berbasis di Yaman.
“Mereka membahas langkah-langkah postur pasukan AS yang diambil untuk meningkatkan perlindungan bagi pasukan AS, mendukung pertahanan Israel, dan mencegah dan meredakan ketegangan yang lebih luas di kawasan itu,” kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.
Amerika Serikat sedang memindahkan kelompok kapal induk dan lebih banyak aset udara ke kawasan tersebut, dalam sebuah langkah yang diumumkan Pentagon pada hari Jumat.
Jonathan Finer, wakil penasihat Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan dalam acara televisi CBS “Face the Nation,” “Tujuan kami adalah de-eskalasi. Tujuan kami adalah pencegahan. Tujuan kami adalah membela Israel.”
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara pada hari Minggu dengan para menteri luar negeri G7 untuk membahas kebutuhan mendesak untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan Blinken dan mitra-mitranya “menegaskan kembali komitmen mereka terhadap keamanan Israel dan mendesak semua pihak untuk menahan diri secara maksimal untuk mencegah meningkatnya konflik.”
Militer Israel mengatakan pada hari Senin bahwa mereka melakukan serangan udara di Lebanon selatan sebagai tanggapan atas peluncuran drone oleh Hizbullah dalam serangan lintas perbatasan.
Hizbullah mengatakan bahwa mereka menggunakan drone untuk menarget pangkalan militer Israel.
Israel dan Hizbullah telah saling serang hampir setiap hari sejak perang Israel-Hamas dimulai di Gaza hampir 10 bulan yang lalu.
Israel telah bertekad untuk menghancurkan Hamas sebagai balasan atas serangan terornya pada tanggal 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang dan penyanderaan 250 orang. Serangan balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 39.600 orang di Gaza, menurut kementerian kesehatan wilayah itu, yang tidak membedakan antara kombatan dan warga sipil dalam hitungannya.
Haniyeh, kepala politik Hamas, adalah negosiator utama kelompok tersebut dalam upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang sulit dicapai. Pembunuhannya menimbulkan pertanyaan tentang kelangsungan upaya oleh mediator Qatar, Mesir, dan AS untuk menjadi perantara gencatan senjata dan pertukaran sandera yang ditahan Hamas dengan orang-orang Palestina yang dipenjarakan oleh Israel. [lt/uh]