Dengan mengenakan snorkel dan sarung tangan pelindung, Pariama Hutasoit menyelam ke perairan jernih di lepas pantai Pulau Bali, untuk mengambil plastik dari "bintang karang" yang dipasang oleh kelompok konservasinya. Bintang-bintang karang itu berfungsi untuk merangsang pertumbuhan karang baru.
Yayasan Nusa Dua telah memasang hampir 6.000 karang bintang di terumbu karang di seluruh Bali. Struktur baja itu berbentuk heksagonal dengan diameter sekitar satu meter itu menjembatani celah di terumbu tempat karang mati, mendukung pertumbuhan kembali.
"Kami bertujuan untuk memasang sekitar 5.000 bintang karang selama lima tahun ke depan," kata Hutasoit, 52 tahun, mantan karyawan World Wildlife Fund kepada Reuters. “Dan ke depan, kami juga jika memungkinkan ingin melakukan ekspansi ke luar Bali untuk restorasi terumbu karang.”
Menurut Inisiatif Segitiga Karang, sebuah proyek restorasi karang transnasional, Indonesia menyumbang lebih dari 75 persen spesies karang dunia. Banyak di antaranya menghadapi erosi dan pemutihan setiap tahun.
Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali pada 2018, hanya lebih dari separuh terumbu karang Bali yang dianggap dalam kondisi "baik”. Sebanyak 30 persen dalam kondisi "buruk" dan 15 persen sisanya dalam kondisi "sangat buruk.”
BACA JUGA: Studi Ungkap Kekayaan Kehidupan Laut di Dekat Khatulistiwa Terdampak Perubahan IklimAktivitas manusia, termasuk penangkapan ikan yang merusak, pemanasan global, dan gelombang besar, adalah faktor-faktor penyebab kerusakan terumbu karang.
Bagian dari tugas Yayasan Nusa Dua adalah mengadakan program penjangkauan masyarakat, untuk mengedukasi penduduk setempat tentang pentingnya melindungi terumbu karang Bali.
I Nyoman Sadnya, seorang nelayan setempat, mengatakan bahwa orang tuanya telah mengambil terumbu karang selama beberapa dekade karena tidak menyadari dampak jangka panjang yang merusak.
“Orang tua saya tidak memiliki pekerjaan dan di sini dulunya adalah daerah yang gersang, dan terkadang sulit untuk mencari makanan,” katanya. “Jadi orang tua saya memilih menambang karang untuk bahan bangunan, karena mereka tidak tahu (itu sesuatu yang buruk),” I Nyoman Sadnya.
Karang, yang biasanya digunakan untuk membangun pondasi rumah dan hiasan, adalah sumber pendapatan orang tuanya
“Dengan melihat kondisi terumbu karang saat ini, kami menyadari bahwa apa yang kami lakukan di masa lalu terhadap mereka sangatlah salah,” katanya.
Hutasoit menggunakan Hari Laut Sedunia pada 8 Juni untuk memohon lebih banyak dukungan bagi regenerasi terumbu karang. [na/ft]