Dalam rapat kerja dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di kompleks parlemen, Jakarta, Rabu (7/7), Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir menjamin ketersediaan vaksin COVID-19 untuk kebutuhan dalam negeri. Bio Farma, tegasnya, sudah memiliki kesepakatan dengan lima produsen vaksin COVID-19, yakni Sinovac, Sinopharm, Novavax, AstraZeneca, dan CanSinoBio. Bio Farma juga telah mempunyai kontrak dengan Sinovac untuk pengadaan 140 juta dosis bahan baku vaksin COVID-19.
"Kita juga dengan Sinovac sudah melakukan kesepakatan, meskipun belum kita tuangkan tapi dalam proses amandemennya, untuk ada penambahan 120 juta dosis lagi. Dari 140 juta dosis itu, kita sudah menerima 105,5 juta dosis bahan baku, terakhir awal minggu kemarin dan ini sudah kita produksi," kata Honesti.
Dari 105,5 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac yang sudah diterima, Bio Farma sudah memproduksi vaksin jadi sekitar 76 juta dosis, di mana 52,8 juta dosis telah didistribusikan ke seluruh provinsi di Indonesia dan lebih dari 20 juta dosis lagi masih tinggal menunggu dirilis.
Sehingga total vaksin gratis dari pemerintah yang sudah didistribusikan dan dipakai dalam program vaksinasi nasional adalah 63,9 juta dosis vaksin. Ini terdiri dari 52,8 juta dosis vaksin Sinovac yang diproduksi oleh Bio Farma, tiga juta dosis vaksin jadi dari Sinovac langsung dan 8,2 juta dosis vaksin AstraZeneca dari fasilitas Covax.
Bio Farma juga akan menerima pasokan vaksin COVID-19 dari Novavax sebanyak 50 juta dosis pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini. Kemudian 50 juta dosis lagi dari AstraZeneca yang akan dikirim bertahap mulai pertengahan tahun ini sampai kuartal pertama 2022.
Untuk program vaksinasi gotong royong, lanjut Honesti, Bio Farma telah menerima 1,5 juta dosis vaksin COVID-19 dari Sinopharm hingga akhir Juni lalu dari total 15 juta dosis.
Bio Farma juga tengah menunggu vaksin COVID-19 dari CanSinoBio sebanyak lima juta dosis yang rencananya datang pada kuartal ketiga tahun ini.
Biofarma Diharap Bisa Produksi Vaksin Secara Mandiri
Dalam rapat kerja tersebut, Wakil Ketua Komisi VI DPR Martin Manurung dari Fraksi Partai Nasional Demokrat menyampaikan kegembiraannya karena Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menjamin ketersedian vaksin COVID-19 hingga akhir tahun ini. Namun dia berharap BUMN farmasi bisa menjamin kemandirian dalam memproduksi vaksin COVID-19.
Sebab, Martin menambahkan, sejumlah prediksi menyebutkan pandemi COVID-19 masih akan berlangsung lama hingga 2022 atau 2023.
BACA JUGA: Pemerintah Akan Minta Bantuan Negara Lain, Jika Pandemi COVID-19 Memburuk"Saya tidak mau tahun 2022 nanti misalnya, keterantungan kita pada vaksin impor itu masih seperti sekarang. Kalau bisa sudah berapa persen diproduksi dari dalam negeri sendiri atau syukur-syukur kita bisa penuhi vaksinasi di 2022 dengan kekuatan sendiri, maka kita tidak harusd tergantung kepada lobi-lobi di tingkat internasional," ujar Martin.
Bahkan, kalau Indonesia bisa memproduksi sendiri vaksin COVID-19, Bio Farma justru membantu penanganan COVID-19 di negara lain.
BACA JUGA: Menlu Indonesia, Menlu Rusia Bahas Kerja Sama Produksi Vaksin Sputnik VAnggota Komisi VI dari Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya Andre Rosiade mengatakan sejumlah negara sudah mulai melakukan suntikan dosis ketiga vaksin COVID-19, seperti di Turki yang juga menggunakan vaksin Sinovac. Oleh karena itu Andre mempersoalkan apakah Indonesia juga perlu melakukan suntikan dosis ketiga vaksin Sinovac.
"Apakah di Indonesia nanti akan ada suntik ketiga atau tidak? Atau mungkin saja nanti ada suntik keempat sehingga ini jadi bisnis Sinovac kepada kita untuk meningkatkan jumlah dosis yang disuntik," ujar Andre.
Your browser doesn’t support HTML5
Anggota Komisi VI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Nevi Zuariana mempersoalkan kenapa sampai sekarang Indonesia belum menggunakan vaksin Pfizer meski tingkat keampuhannya mencapai lebih dari 90 persen.
Dia juga meminta pemerintah mendahulukan semua tenaga kesehatan di seluruh Indonesia mendapatkan vaksinasi lengkap lebih dulu sebelum masyarakat. [fw/em]