Bisnis Diaspora Bosnia di New York Bertahan di Tengah Pandemi

Para pemilik bisnis di New York harus berjuang agar bisa tetap bertahan di tengah pandemi (foto: dok).

Semasa perang di Bosnia dan Herzegovina dari1992 hingga 1995, puluhan ribu pengungsi datang ke AS. Reporter VOA Dino Jahic melaporkan tentang tradisi kuliner unik yang mereka bawa ke AS.

Keluarga Medunjanin lari menyelamatkan diri dari perang di Bosnia dan Herzegovina pada 1992, tapi mereka tidak meninggalkan budaya mereka.

Tiba di New York City, mereka membawa tradisi dan budaya dari negara asal ke rumah baru mereka.

Kini, keluarga itu memiliki dua restoran yang khusus menyajikan kuliner Bosnia dan sebuah toko kue yang menjual kue pie khas Bosnia. “Ketika generasi kedua mengambil alih - saya, saudara laki-laki dan perempuan saya - kami berniat mengubah Djerdan menjadi sebuah brand yang dikenal tidak hanya di New York dan New Jersey, tapi di tempat lain di AS."

Enes Alic juga memilih pindah ke AS dari Bosnia pada 1990an. Sejak 2006, Alic dan isterinya telah mengelola sebuah toko kecil, EuroFoods di Alexandria, negara bagian Virginia, menjual produk-produk dari Balkan. “Kami bertahan, sementara banyak lainnya baru buka lalu tutup," ujarnya.

Suasana di Manhattan, New York yang sepi pengunjung selama pandemi menjadi tantangan bagi pemilik bisnis di sana.

Pandemi virus corona yang melanda AS pada pertengahan Maret tidak memaksa Medunjanin menutup bisnisnya. "Menakutkan di sini, terutama pada bulan Maret, April dan Mei. Tapi bagi kami tidak ada pilihan untuk menutup bisnis yang telah dibangun orangtua kami dengan susah payah."

Enes Alic juga tetap membuka tokonya. Alic, pemilik "EuroFoods" memaparkan, "Sulit menemukan desinfektan, masker, tisu toilet, tisu dapur... Saya sering melakukan perjalanan, bertemu banyak orang, tapi berhasil menemukan hal-hal yang dibutuhkan."

Imigran Bosnia Edin Saracevic lebih berani -- dia memutuskan untuk memulai bisnisnya sewaktu pandemi.

Pada April, Saracevic mendirikan Mezehub, sebuah layanan antar online dengan produk-produk dari Balkan. "Makanan etnik memiliki hubungan emosional khusus, kami rindu, mengingatkan kami pada tanah air, dan masa-masa bahagia, masakanan ibu, dan lain-lain. Jadi, semasa COVID, kami melihat ide bisnis ini sebagai sesuatu yang bisa memberikan kenyamanan emosional."

Semua bisnis ini juga berusaha menarik minat warga AS.

Selma Medunjanin-Ismajli mengatakan, "Pangsa pasar utama kami adalah orang-orang dari bekas Yugoslavia. Tapi kami juga ingin membuat sesuatu yang lebih serius -- merepresentasikan budaya dan negara kami di sini di AS."

Di tengah masa sulit, ketiga bisnis ini masih bertahan, masih dicintai dan semakin populer. [vm/jm]