Sejumlah sanksi ekonomi dari negara-negara Barat pasca agresi Moskow ke Ukraina telah membuat elit bisnis Rusia sakit kepala. Namun, dua serangan pesawat nirawak atau drone di jantung distrik keuangan Moskow yang terjadi baru-baru ini memaksa sejumlah perusahaan untuk mulai memikirkan keselamatan para karyawan.
Sebuah ledakan pada Minggu (30/7) pagi mengguncang distrik bisnis Moskva-Citi, terletak beberapa mil di sebelah barat Kremlin dan rumah bagi beberapa gedung pencakar langit. Kementerian Pertahanan Rusia menyebut serangan itu berasal dari serangan pesawat tak berawak (drone) Ukraina yang gagal. Serangan tersebut merupakan serangan kedua yang dilakukan dalam sepekan.
Pada Selasa pagi, sebuah drone yang terbang tidak terkendali menghantam gedung tinggi yang sama, merusak fasad di lantai 21, menurut Wali Kota Moskow Sergei Sobyanin.
Tidak ada yang terluka dalam kedua insiden itu dan serangan itu hanya menyebabkan kerusakan kecil. Namun, serangan serupa membuat pihak berwenang tidak nyaman. Mereka mengklaim bahwa Rusia masih memegang kendali penuh atas apa yang mereka sebut "operasi militer khusus" di Ukraina.
Setelah serangan pertama, perusahaan raksasa teknologi Yandex yang memiliki kantor di sekitar ibu kota Rusia termasuk di Moskva-Citi, meminta staf untuk mengosongkan kantor pada malam hari ketika tampak tanda-tanda akan adanya serangkaian serangan yang menghantam ibu kota.
"Dengan mempertimbangkan situasinya, kami meminta Anda untuk tidak berada di kantor pada malam hari (dari pukul 01.00 hingga 06.00)," kata Yandex dalam sebuah pesan kepada karyawan. "Pembatasan itu berlaku untuk semua kantor Moskow. Hati-hati!"
Yandex, yang seperti banyak perusahaan teknologi lainnya, memiliki jam kerja yang relatif fleksibel. Perusahaan itu menolak permintaan komentar dari Reuters.
Banyak perusahaan di Rusia mengizinkan para karyawan mereka untuk bekerja secara hybrid, kombinasi antara bekerja di rumah dan kantor. Hal itu diterapkan menyusul lockdown yang diberlakukan selama pandemi virus corona.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada Senin (31/7) serangan Ukraina di Moskow dan sejumlah tempat di Rusia lainnya adalah "tindakan putus asa.” Ia menegaskan Rusia mengambil semua langkah yang mungkin untuk melindungi diri dari serangan itu.
Kyiv biasanya tidak mengklaim bertanggung jawab atas insiden tertentu di wilayah Rusia, dan hal ini pun terjadi pada serangan tersebut, meskipun Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan perang itu "secara bertahap kembali ke wilayah Rusia - ke pusat simbolisnya."
Dua pesawat tak berawak mencapai Kremlin pada Mei, insiden paling terkenal. Namun juga terdapat sejumlah serangan lain yan menargetkan gedung-gedung di dekat markas besar kementerian pertahanan di Sungai Moskow dan pinggiran Ibu Kota Rublyovka yang eksklusif, rumah bagi banyak elit politik, bisnis, dan budaya Rusia.
Sangat Menakutkan
Reuters berbicara dengan beberapa orang, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, untuk mengukur reaksi komunitas bisnis terhadap insiden drone pertama. Beberapa sumber mengungkapkan ketakutan dan kekhawatiran mereka, sementara yang lain tetap tidak terpengaruh.
"Saya dapat mengatakan bahwa bagi saya sendiri hal itu tentu saja semakin mengkhawatirkan saya dan rekan-rekan saya," kata seorang yang bekerja di Moskva-Citi. "Di benak saya selalu tercetus bahwa Citi bisa menjadi salah satu target."
Seorang karyawan di sebuah perusahaan dengan kantor di gedung pencakar langit Moskva-Citi mengatakan bekerja di sana terasa "aneh", tetapi staf itu tidak diarahkan untuk bekerja dari jarak jauh.
Seorang nara sumber lainnya, yang bekerja di bank, mengatakan sebagian besar staf disuruh bekerja dari rumah.
BACA JUGA: Serangan Drone Ukraina Rusak Dua Gedung di Moskow, Tidak Ada KorbanBeberapa mengatakan bisnis berlanjut seperti biasa dan semuanya tenang.
Seorang profesional jasa keuangan mengatakan menurutnya serangan itu tidak akan menghalangi orang untuk pergi ke Moskva-Citi.
Serangan itu merusak sebuah bangunan yang dilaporkan menjadi kantor pemerintah. Reuters pada Minggu (30/7) melihat panel kaca meledak di satu gedung bertingkat tinggi dan kaca, puing-puing dan dokumen kantor berserakan di trotoar di bawahnya.
Video rekaman dari insiden tersebut menunjukkan adanya ledakan oranye terang, disertai ledakan yang memekakkan telinga.
Saluran Telegram yang dijalankan oleh grup media online Rusia, Mash, menyiarkan foto-foto kerusakan yang terjadi di kantor pusat kementerian digital.
Mash melaporkan bahwa staf kementerian diminta untuk tabah, tetapi sebagian besar karyawan diizinkan untuk bekerja dari rumah sementara.
Bagi seorang karyawan di sebuah perusahaan besar Rusia, serangan itu merupakan peringatan yang "sangat menakutkan".
"Tidak ada yang aman, saya sekarang takut." [ah/ft]