Foto dan video dari Kabul yang disaksikan dunia memperlihatkan bagaimana Amerika memindahkan para personilnya dari kantor kedutaan besar ke bandara, sementara gerilyawan Taliban siap mengambil alih negara itu.
Pemerintah Biden tetap membela keputusannya meninggalkan negara itu setelah 20 tahun, meskipun tidak memperkirakan bahwa Taliban akan maju secepat itu.
BACA JUGA: Biden Pertahankan Keputusan Tarik Militer AS dari AfghanistanBerbicara dalam program “This Week” di stasiun televisi ABC, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan, “Presiden sudah bertekad bahwa inilah saatnya bagi Amerika untuk mengakhiri perang ini, untuk keluar dari perang saudara di Afghanistan, dan untuk memastikan bahwa kita memperhatikan kepentingan-kepentingan di seluruh dunia dan kita menetapkan sasaran untuk memajukan kepentingan tersebut. Itulah yang kami lakukan.”
Beberapa anggota faksi Republik tidak saja mengkritisi pemerintahan Biden, tetapi juga menyalahkan pemerintahan mantan presiden Donald Trump atas keputusan penarikan seluruh pasukan dari Afghanistan selambat-lambatnya pada bulan Mei lalu, tenggat yang ditangguhkan Presiden Joe Biden hingga ke akhir Agustus. Para pengecam mengatakan cara pemerintah saat ini menangani penarikan mundur pasukan itu merupakan pukulan bagi Amerika di panggung internasional.
Pemimpin minoritas Senat dari faksi Republik Mitch McConnell hari Minggu (15/8) mengeluarkan pernyataan yang mengatakan teroris dan musuh-musuh Amerika mengamati “kegagalan negara adidaya yang memalukan ini.”
Berbicara di “ABC This Week” hari Minggu, anggota faksi Republik dari negara bagian Wyoming Liz Cheney mengatakan, “Hal ini tidak saja menimbulkan konsekuensi bagi Afghanistan, bukan hanya keberadaan kita di Afghanistan, bukan hanya untuk perang melawan teror, tetapi secara global akan berdampak pada peran Amerika di dunia, sejauh mana musuh-musuh Amerika tahu bahwa mereka dapat mengancam kita, dan sekutu kita mempertanyakan apakah mereka masih dapat mengandalkan kita untuk apapun.”
Blinken mengatakan kekhawatiran yang “membayangi” adalah soal apakah Taliban, yang berkuasa di Afghanistan mulai tahun 1996 dengan pemerintahan fundamentalis Islam hingga digulingkan pada tahun 2001, akan kembali memberlakukan aturan ketat terhadap perempuan dan lainnya atau tidak.
BACA JUGA: Situasi Memburuk, Bendera AS Tak Lagi Berkibar di AfghanistanTetapi kini tergantung pada masyarakat internasional untuk membantu rakyat Afghanistan, ujarnya, dan tentunya pada kepentingan Taliban sendiri untuk membentuk pemerintahan yang menjunjung tinggi hak-hak dasar.
“Jika mereka tidak bersedia, jika mereka berkuasa dan tidak bersedia melakukannya, saya kira Afghanistan akan menjadi negara yang terisolasi,” ujar Blinken.
Menurut jajak pendapat Chicago Council on Global Affairs Juli lalu, tujuh dari 10 warga Amerika mendukung keputusan Biden untuk menarik mundur pasukan dari Afghanistan. Apakah adegan pengambilalihan ibu kota Kabul oleh Taliban akan mengubah dukungan warga atas rencana presiden itu, masih harus kita tunggu. [em/lt]