Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, Rabu (31/7) mengatakan Amerika Serikat "tidak mengetahui atau terlibat" dalam pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Iran..
"Saya tidak dapat memberi tahu Anda apa artinya ini. Saya dapat memberi tahu Anda bahwa pentingnya gencatan senjata, yang masih tetap penting bagi semua orang," kata Blinken dalam wawancara dengan stasiun televisi Channel News Asia di Singapura.
“Ini sesuatu yang tidak kami ketahui atau terlibat di dalamnya,” katanya tentang pembunuhan tersebut.
Hamas mengatakan, Rabu (31/7), Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran ketika dia terbunuh oleh serangan udara Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas sebagai pembalasan atas serangannya pada 7 Oktober terhadap Israel, yang memicu perang di Gaza.
Washington adalah pendukung utama militer Israel dan telah mendorong gencatan senjata di Gaza, yang menurut Blinken tetap “demi kepentingan” para sandera Israel dan warga Gaza yang “terjebak dalam baku tembak yang dilakukan Hamas”.
Sebagai pemimpin politik gerakan Palestina Hamas, Haniyeh mengawasi negosiasi kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza dan membebaskan sandera yang ditahan di wilayah tersebut dengan imbalan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
Blinken, yang sedang mengunjungi Singapura, mengatakan gencatan senjata di Gaza juga penting untuk mencegah konflik menyebar ke wilayah lain.
“Kami telah bekerja sejak hari pertama tidak hanya untuk mencoba mendapatkan tempat yang lebih baik di Gaza tetapi juga untuk mencegah konflik menyebar, baik itu di wilayah utara dengan Lebanon dan Hizbullah, di Laut Merah dengan kelompok Houthi, mau pun di Iran, Suriah, Irak, di mana saja,” kata Blinken dalam sebuah forum di negara kota tersebut.
“Kunci besar untuk memastikan hal itu tidak terjadi, dan kita bisa bergerak ke arah yang lebih baik, adalah dengan melakukan gencatan senjata.”
Qatar mempertanyakan masa depan perundingan setelah pembunuhan tersebut. Negara itu adalah mediator penting dalam perundingan gencatan senjata yang juga menjadi tuan rumah bagi para pemimpin politik Hamas, termasuk Haniyeh.
Hamas bersumpah bahwa pembunuhan “pengecut” terhadap pemimpin veteran mereka “tidak akan dibiarkan begitu saja”.
Serangan pada 7 Oktober di Israel selatan mengakibatkan kematian 1.197 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan kantor berita AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Militan juga menyandera 251 sandera, 111 di antaranya masih ditawan di Gaza, termasuk 39 orang yang menurut militer tewas.
Serangan balasan Israel terhadap Hamas telah menewaskan sedikitnya 39.400 orang di Gaza, menurut kementerian kesehatan wilayah yang dikelola Hamas. Kementerian itu tidak memberikan perincian mengenai jumlah kematian warga sipil dan militan. [ft/es]