Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken akan bertemu dengan para pemimpin Israel pada hari Selasa (22/10) dalam upaya menghidupkan kembali perundingan gencatan senjata Gaza yang macet, membuka akses kemanusiaan yang lebih besar ke Gaza, dan meredakan perang antara Israel dan Hizbullah di Lebanon.
Beberapa jam sebelum perundingan, Hizbullah mengatakan telah menembakkan roket ke pangkalan militer Israel di dekat Tel Aviv dan Haifa, sementara Israel mengatakan telah mencegat proyektil yang ditembakkan dari Lebanon.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan bahwa serangan Israel pada hari Selasa di dekat rumah sakit utama pemerintah Beirut menewaskan sedikitnya 13 orang dan melukai 57 orang lainnya.
Militer Israel mengatakan pihaknya menyerang beberapa target Hizbullah di Beirut, termasuk pangkalan utama angkatan laut kelompok militan tersebut.
Dalam kunjungannya yang ke-11 ke wilayah tersebut sejak konflik di Gaza meletus pada Oktober 2023, jadwal Blinken pada hari Selasa termasuk pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Perundingan berbulan-bulan yang ditengahi oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar telah gagal menghentikan pertempuran di Gaza serta membebaskan sandera yang masih ditahan oleh Hamas.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri Amerika Serikat kepada para wartawan menjelang kunjungan Blinken ke wilayah tersebut mengatakan prospek untuk menghidupkan kembali perundingan-perundingan tersebut masih belum pasti, terutama setelah pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh Israel minggu lalu.
Blinken juga diperkirakan akan melakukan beberapa persinggahan lain di wilayah tersebut, termasuk kunjungan ke Yordania pada hari Rabu (23/10).
Pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat itu mengatakan bahwa tanpa adanya gencatan senjata, diskusi dengan para pemimpin Arab akan mencakup upaya menyempurnakan proposal mengenai siapa yang akan memerintah Gaza setelah konflik berakhir. Pejabat tersebut mengatakan bahwa pihak AS memiliki elemen-elemen rencana pasca konflik yang siap untuk didiskusikan secara langsung dengan pihak Israel.
Nimrod Goren, peneliti senior urusan Israel di Middle East Institute, kepada VOA mengatakan kesenjangan antara sikap Israel dan Hamas dalam hal gencatan senjata “masih sangat besar” dan ia meragukan akan ada terobosan diplomatik dalam kunjungan Blinken.
“Kesenjangannya sangat besar, pada dasarnya Israel ingin Hamas tidak memerintah Gaza lagi dan tidak ada lagi di Gaza sebagai ancaman keamanan, dan Hamas menginginkan hal yang sebaliknya. Jadi, di luar masalah langsung dari para sandera, kepentingan dan kebutuhan yang mendalam, dari masing-masing pihak sangat berbeda satu sama lain,” kata Goren.
Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina, UNRWA, pada hari Selasa menyerukan agar pertempuran segera dihentikan, “meskipun hanya untuk beberapa jam,” agar keluarga-keluarga di Gaza utara dapat mengungsi ke daerah yang lebih aman.
“Hampir tiga minggu pengeboman tanpa henti dari Pasukan Israel membuat jumlah korban tewas meningkat,” kata Lazzarini dalam sebuah pernyataan. “Di Gaza utara, orang-orang hanya menunggu untuk mati. Mereka merasa sepi, putus asa dan sendirian. Mereka hidup dari satu jam ke jam berikutnya, takut akan kematian di setiap detiknya.”
Dia mengatakan staf PBB “tidak bisa menemukan makanan, air, atau perawatan medis.”
Hizbullah yang didukung Iran melancarkan serangan udara terhadap Israel setelah serangan 7 Oktober 2023 oleh militan Hamas di Israel selatan. Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang dan menangkap sekitar 250 orang lainnya.
Serangan balasan Israel di Jalur Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza telah menewaskan lebih dari 42.600 warga Palestina, tanpa membedakan antara militan dan warga sipil dalam penghitungannya.
Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa dan negara-negara lain telah menetapkan Hizbullah dan Hamas sebagai organisasi teroris. [my/ab]