Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken bertemu dengan para pemimpin Israel di Tel Aviv, Selasa (22/10). Dia mendorong peningkatan akses kemanusiaan ke Palestina dan mengakhiri perang Israel di Gaza dan Lebanon. Washington juga menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, dan penegakan resolusi PBB yang mengakhiri perang besar terakhir antara Israel dan Hizbullah. Namun seperti yang dilaporkan Kepala Biro VOA di Gedung Putih Patsy Widakuswara, keduanya tampak sulit dicapai.
Israel melancarkan serangan udara yang menarget pinggiran selatan Beirut yang dikuasai Hizbullah dan bagian-bagian lain Lebanon, Selasa (23/10), menewaskan puluhan orang. Sehari sebelumnya pasukan Israel melancarkan serangan ke kamp pengungsi Jabalia di Gaza yang menewaskan lebih dari selusin orang. Serangan itu terjadi beberapa hari setelah pasukan Israel menewaskan lebih dari 80 orang di Gaza Utara, salah satu serangan paling banyak menimbulkan korban dalam perang Israel-Hamas.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken berada di Tel Aviv, Selasa (23/10), mendesak Israel agar meningkatkan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza dan menghidupkan kembali perundingan gencatan senjata, menyusul pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh Israel minggu lalu.
“Kita harus memastikan bahwa ini adalah momen kesempatan untuk bergerak maju, dan itulah fokus dari semua percakapan yang kami lakukan di sini," sebutnya.
Namun, Israel tampaknya semakin berani dengan kemenangannya di Gaza, seperti disampaikan oleh Nimrod Goren, peneliti senior untuk Urusan Israel di Middle East Institute, sebuah lembaga pemikir di Washington, D.C., yang berbicara dengan VOA melalui tautan Zoom.
“Pada dasarnya, kita kembali ke kelompok yang sama dalam masyarakat Israel. Sebagian, seperti Netanyahu, mengatakan kita terus berjuang, dan kita membebaskan para sandera melalui kekuatan yang lebih besar. Yang lain mengatakan kita perlu mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang, membebaskan para sandera, dan menenangkan pihak-pihak lain,” jelasnya.
Pihak lain itu termasuk Lebanon, di mana Israel meningkatkan operasinya meskipun telah membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah bulan lalu.
Blinken mendesak Israel untuk meredakan ketegangan dan mematuhi resolusi PBB 1701 yang mengakhiri perangnya dengan Hizbullah pada tahun 2006.
Ahmed Fouad Alkhatib, peneliti senior di Program Timur Tengah Atlantic Council, saat berbicara dengan VOA melalui Skype, mengatakan, “Pemerintah (Amerika Serikat) memahami bahwa Israel, dalam arti tertentu, tidak punya pilihan selain menyerang infrastruktur Hizbullah di selatan Sungai Litani. Namun, pemerintah Amerika Serikat juga agak trauma dengan pengalaman di Gaza karena tidak adanya mekanisme alternatif nyata untuk mengawasi Lebanon selatan. Siapa yang akan menegakkan resolusi PBB ini? Apakah kita akan menghidupkan kembali pasukan UNIFIL? Apakah kita akan memberdayakan tentara Lebanon? Atau apakah kita akan membiarkan Israel terlibat dalam perang yang tidak pernah berakhir ini?.”
Pada hari kunjungan Blinken, Israel mengevakuasi kota Jabalia di Gaza utara sebagai persiapan untuk serangan lebih lanjut. Sementara memerangi proksi-proksi Iran, Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon, Israel juga mempertimbangkan pembalasan langsung terhadap Teheran atas serangan rudal balistiknya sebelumnya bulan ini.
Dari Tel Aviv, Blinken meneruskan lawatan ke Yordania dan negara-negara Arab lainnya. [lt/ka]