Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dan empat diplomat tertinggi dari negara-negara Arab tiba di Israel selatan pada Minggu (27/3) untuk mengadakan pertemuan “bersejarah” yang menandai mencairnya hubungan antara negara Yahudi itu dan beberapa tetangga regional.
Pertemuan dengan para pejabat dari Uni Emirat Arab, Bahrain dan Maroko – yang pada 2020 menormalkan hubungan dengan negara Yahudi itu – dan Mesir terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran regional atas kesepakatan yang dapat segera dicapai Washington dengan Iran untuk memulihkan perjanjian nuklir 2015.
BACA JUGA: Dua Pria Arab Bersenjata Bunuh Dua Polisi IsraelDengan pembicaraan yang dijadwalkan berlangsung, pada Senin (28/3) di kibbutz (pemukiman komunal) Sde Boker, jauh di gurun Negev di Israel selatan, Israel ingin menandai keberhasilan “Kesepakatan Abraham” yang didorong oleh AS yang menghasilkan kesepakatan normalisasi tersebut.
Namun, pembukaan pertemuan itu dicemari oleh serangan penembakan di Israel utara yang menewaskan dua anggota polisi, yang oleh pihak berwenang disebut sebagai insiden “teroris.”
“Semua menteri luar negeri mengutuk serangan itu, dan mengirimkan ucapan belasungkawa kepada keluarga-keluarga para korban dan berharap akan pemulihan yang cepat bagi yang terluka,” kata Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid di Twitter.
BACA JUGA: Lagi, Israel Sampaikan Keprihatinan soal Niat AS Cabut IRGC dari Daftar TerorisPertemuan itu juga terjadi ketika Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya di Eropa mengungkapkan rasa frustrasi bahwa negara-negara Timur Tengah pada umumnya belum menunjukkan dukungan yang kuat untuk upaya mendukung Ukraina setelah invasi Rusia, atau menjauhkan diri dari Moskow.
Kesepakatan nuklir Iran juga menjadi agenda utama dalam pertemuan yang diadakan Blinken, pada Minggu (27/3), dengan Lapid, Presiden Israel Isaac Herzog dan Perdana Menteri Naftali Bennett.
Berbicara bersama Lapid, Blinken mengatakan AS percaya memulihkan perjanjian itu adalah “cara terbaik untuk mengembalikan program nuklir Iran ke dalam kotak seperti semula tetapi telah lolos” setelah AS menarik diri dari kesepakatan di bawah mantan Presiden Donald Trump pada 2018. [lt/uh]