Hingga kabar ini dilansir, pemerintah Kabupaten Cianjur mengumumkan gempa di Cianjur, Senin lalu, dengan magnitudo 5,6, mengakibatkan 252 orang meninggal, dan 31 lainnya masih dalam proses pencarian.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR, Selasa (22/11), Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menyatakan pihaknya menyebarluaskan kabar gempa dalam 1,5 menit setelah lindu terjadi.
"Ini adalah satu prestasi yang sangat maju sekali yang pernah dicapai BMKG. Karena dulu kita bisa menyampaikan itu (kejadian gempa) bisa lebih dari lima menit, sekarang satu menit lebih dari 30 detik. Kita tahu gempa ini bisa merusak dalam waktu sepuluh menit. Sehingga kita segera menghubungi BNPB dan perlu ada tindakan gawat darurat," kata Karyono.
Karyono menambahkan Gempa Cianjur termasuk gempa dangkal karena pusat gempa tidak jauh dari permukaan tanah. Pusat gempa bermagnitudo 5,6 itu berada di Desa Sukajaya, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dengan kedalaman sebelas kilometer.
Menurut Daryono, gempa kerak dangkal tersebut tidak perlu mangnitudo yang besar untuk dapat merusak apa yang di atas permukaan. Hanya dengan Magnitudo empat atau lima koma pun sudah mampu merusak banyak bangunan.
Dia menambahkan daya rusak semakin besar karena pusat gempa berada di bawah permukiman penduduk. Hal itu diperparah dengan kondisi tanah yang lunak sehingga makin memperbesar goncangan. Alhasil, korban meninggal dan luka cukup banyak, serta banyak bangunan rusak.
Berdasarkan analisis mekanisme sumbernya, lanjut Daryono, Gempa Cianjur memiliki patahan geser mengiri dan berada di zona Sistem Sesar Cimandiri. Patahan ini robek 20-30 kilometer di bawah permukaan tanah.
Karyono menjelaskan hingga Senin pukul 12.00 WIB, telah terjadi gempa susulan sebanyak 130 kali dengan magnitudo tertinggi 4,2 dan magnitudo terendah 1,2. Dia menekankan BMKG mampu memantau gempa bermagnitudo hingga serendah 1,2 merupakan sebuah prestasi.
Menurutnya, terjadi kecenderungan gempa susulan makin melemah. Sampai hari ini, pukul 07:30 pagi, frekuensi gempa susulan makin jarang terjadi. Dalam enam jam pertama sejak gempa kemarin, terjadi 62 kali gempa, kemudian turun 39 gempa di enam jam kedua, dan 17 gempa di enam jam ketiga atau sampai pukul 07.30 hari ini.
Daryono mengatakan karena gempa sering terjadi di wilayah Sukabumi dan Cianjur, semua pemangku kepentingan harus memperhatikan tata ruang dan ketahanan bangunan dari guncangan gempa.
Dalam rapat tersebut, Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi menjelaskan segera setelah mendapat kabar gempa di Cianjur, dirinya menginstruksikan tim BNPP dari Jakarta, Bandung, Cirebon, dan Cilacap segera merapat lokasi kejadian. Dia menambahkan BNPP mengerahkan 272 personel ke lokasi kejadian.
Menurutnya, secara keseluruhan, termasuk relawan, ada 812 orang dari 114 organisasi turun tangan. Jumlah itu belum termasuk personel TNI dan Polri. BNPP juga menyiagakan dua helikopter dalam proses evakuasi korban.
Korban meninggal dan luka, tambahnya, kebanyakan karena tertimpa runtuhan bangunan. Dia mengakui masih banyak kampung belum bisa dijangkau. Selain itu, masih sangat terbatasnya peralatan khusus untuk membelah beton, memotong baja, dan pengungkit jika dibanding dengan jumlah bangunan rusak.
Dia mengatakan BNPP tahun ini memiliki alat yang sangat canggih mampu mengetahui apakah masih ada korban hidup di bawah reruntuhan bangunan.
Your browser doesn’t support HTML5
"Apabila ada reruntuhan (di lokasi bencana), kita bisa langsung memindai (untuk mengetahui) masihkah adakah orang selamat. Sistem kerjanya adalah gerak, gerak jantung pun bisa dideteksi. Apabila dipindai, di dalam reruntuhan ada detak jantung, pasti orangnya masih hidup. Kalau korbannya sudah meninggal, tidak bisa kita deteksi. Ini kelemahan dan keunggulannya," ujar Henri.
Selain itu, BNPP juga menurunkan anjing pelacak untuk membantu proses pencarian korban meninggal atau cedera.
Data korban yang tercatat BNPP saat ini adalah 162 orang meninggal, sementara data versi Pemerintah Kabupaten Cianjur yang dirilis melalui akun resmi media sosialnya @diskominfocianjur, jumlah korban meninggal sudah 252 orang.
Ketua Komisi V dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Lasarus mengatakan BMKG perlu memetakan daerah-daerah yang dilalui oleh patahan gempa sehingga pemerintah memiliki program terkait penanganan lokasi di sekitar garis gempa.
Dia mencontohkan pemerintah daerah di sekitar garis gempa bisa membuat standar pembangunan rumah tinggal.
"Ini salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam rangka mengantisipasi, nggak ada yang bisa mengerem gempa. Gempa ini hanya bisa kita siasati saja. Saya melihat rumah-rumah yang roboh itu kan rumah-rumah yang memang "tidak memenuhi standar", apalagi standar ketahanan gempa," tutur Lasarus.
Mulyadi, Anggota Komisi V DPR dari Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya, mengingatkan kepada BMKG dan BNPP soal penetrasi sosialisasi bencana. Dia mengatakan sosialisasi tersebut jangan hanya dilakukan melalui media sosial karena banyak masyarakat di kampung tidak memiliki akses Internet.
Dia mengusulkan dengan cara-cara manual seperti ditempel di pos siskamling, dan melalui RT dan RW. Dia mengharapkan penetrasi sosialisasi bencana harus semakin masif dengan melibatkan para pemangku kepentingan di daerah. [fw/ab]