BMKG: Erupsi Gunung Anak Krakatau Melemah, Potensi Terjadi Tsunami Menurun

Matahari terbenam di balik Gunung Anak Krakatau (kanan) yang mengepulkan asap tebal, terlihat dari Pantai Pasauran, Anyer, Serang, 24 April 2022. (DZIKI OKTOMAULIYADI / AFP)

Aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau dilaporkan terus melemah. Bahkan, menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) potensi terjadi tsunami juga menurun.

Aktivitas Gunung Anak Krakatau yang berada di Selat Sunda, Provinsi Lampung, berupa erupsi terus melemah. Ancaman terjadinya bencana tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau juga dilaporkan kian menurun. Hal tersebut diungkapkan, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. (Foto: Courtesy/BMKG)

“Mulai hari ini kondisi erupsi menurun. Karena erupsi Gunung Anak Krakatau sudah kami lihat secara visual melemah hari ini. Maka tentunya potensi tsunami akibat erupsi juga turun atau sangat kecil,” kata Dwikorita dalam konfrensi pers secara daring, Kamis (28/4) sore.

Selain itu BMKG juga melaporkan terkait dengan dampak erupsi Gunung Anak Krakatau terhadap penyeberangan Merak-Bakaheuni bisa dikatakan aman. Pasalnya, lokasi penyeberangan Merak-Bakaheuni posisinya terletak cukup jauh di kawasan Selat Sunda.

“Jadi terjauh dari sumber erupsi serta terhalang oleh beberapa pulau. Kami menyimpulkan penyeberangan relatif aman dari bahaya tsunami apalagi erupsinya melemah. Sehingga dapat kami simpulkan aman untuk penyeberangan,” ungkap Dwikorita.

BACA JUGA: Anak Krakatau Naik Status, Jalur Penyeberangan Tetap Aman

Kendati demikian, BMKG dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terus memantau perkembangan erupsi dari Gunung Anak Krakatau lantaran aktivitasnya kadang menguat dan melemah.

“Kami terus memonitor potensi terjadinya tsunami. Kami akan segera memperbaharui perkembangannya apabila ada hasil yang membahayakan,” ujar Dwikorita.

Kepala PVMBG, Hendra Gunawan, mengatakan saat ini Gunung Anak Krakatau berada di level III atau siaga. Alhasil, Gunung Anak Krakatau masih terus mengeluarkan asap setinggi 25 meter dari puncak gunungnya. Asap itu diyakini berasal dari tubuh Gunung Anak Krakatau baru.

Your browser doesn’t support HTML5

BMKG: Erupsi Gunung Anak Krakatau Melemah, Potensi Terjadi Tsunami Menurun

“Bahwa asap ini melampaui tinggi Gunung Anak Krakatau yang lama tingginya 150 meter, di mana dari pos pengamatan itu disebutkan tingginya 25 meter. Tapi kalau kita lihat langsung asap itu berasal dari tubuh Gunung Anak Krakatau yang baru,” ujarnya.

BNPB Tetap Minta Warga Waspada

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, menuturkan masyarakat yang berada di Kawasan Risiko Bencana (KRB) harus berpedoman kepada Peraturan Menteri ESDM No 15 Tahun 2011 terkait dengan penetapan status gunung api di level III.

KRB I adalah masyarakat meningkatkan kewaspadaan dengan tidak melakukan aktivitas di sekitar lembah sungai yang berhulu di daerah puncak. Lalu, masyarakat yang tinggal di KRB II mulai menyiapkan diri untuk mengungsi sambil menunggu perintah dari pemerintah daerah sesuai rekomendasi teknis Kementerian ESDM. Kemudian untuk KRB III, masyarakat di wilayah yang terancam tidak diperbolehkan melakukan aktivitas dan mulai menyiapkan diri untuk mengungsi.

“Sekali lagi, ini bukan sifatnya memberikan informasi yang menakut-nakuti. Tapi itu yang ditetapkan melalui Permen ESDM No 15 Tahun 2011. Terkait penetapan status siaga Gunung Anak Krakatau agar disikapi secara arif, tetap hati-hati dan waspada, tapi bukan berarti menimbulkan kepanikan,” pungkas Suharyanto. [aa/em]