BMKG Ungkap Keberadaan Patahan Aktif Baru di Cianjur

  • Yoanes Litha

Korban luka-luka gempa Cianjur menjadi 7.729 orang, termasuk 545 orang yang luka parah yang sebagian masih dirawat di rumah sakit. (Foto: Courtesy/BNPB)

Gempa Bumi yang meluluhlantakan Cianjur pada November 2022, mengungkapkan keberadaan sesar atau patahan aktif yang sebelumnya tidak terpetakan, yaitu patahan Cugenang.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi keberadaan zona patahan aktif yang selama ini belum terpetakan. Zona patahan aktif itu disebut sebagai pembangkit gempa bumi bermagnitudo 5,6 yang mengguncang Cianjur, Jawa Barat pada Senin, 21 November 2022.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan teridentifikasinya zona patahan aktif yang diberi nama patahan aktif Cugenang itu penting untuk dihindari dalam rekonstruksi kembali hunian masyarakat pascagempa.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. (Foto: Courtesy/BMKG)

“Zona patahan itu harus dikosongkan, jadi kalau membangun kembali, belum tahu patahannya ada di mana, dikhawatirkan zona yang patah atau bergeser itu akan dibangun kembali dan kurang lebih 20 tahun kemudian akan runtuh lagi,” kata Dwikorita Karnawati dalam konferensi Pers di Kanal YouTube Info BMKG, Kamis (8/12).

Zona patahan aktif Cugenang diidentifikasi berdasarkan sebaran mekanisme pergerakan patahan (focal mechanism) dan gempa-gempa susulan, retakan permukaan tanah, sebaran kerusakan bangunan dan titik longsor karena gempa dan kelurusan morfologi. Patahan itu memiliki panjang 8 kilometer dengan arah barat laut – tenggara.

Tim penyelamat mencari orang hilang di reruntuhan bangunan yang runtuh akibat gempa di Cianjur, Jawa Barat, 24 November 2022. (Foto: Antara/Raisan Al Farisi via REUTERS)

“Jadi di Indonesia ini sudah teridentifikasi 295 patahan aktif, namun patahan Cugenang ini belum termasuk yang teridentifikasi. Jadi ini yang baru saja ditemukan atau teridentifikasi,”lanjut Dwikorita.

Relokasi Hunian dari Zona Bahaya Patahan

BMKG merekomendasikan dilakukannya relokasi hunian yang berada di dalam zona bahaya patahan Cugenang. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan zona bahaya merupakan zona yang rentan mengalami geseran (deformasi), getaran dan kerusakan lahan serta bangunan. Zona bahaya ini berada di sepanjang jalur (jurus) patahan pada jarak 200 hingga 500 meter ke arah tegak lurus kanan dan kiri patahan, meliputi sebagian Desa Talaga, Sarampad, Nagrak, dan Cibulakan.

Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami BMKG. (Foto: VOA)

“Berdasarkan zona bahaya tersebut di atas, area yang direkomendasikan untuk direlokasi adalah area seluas 8,09 kilometer persegi dengan hunian sebanyak kurang lebih 1.800 rumah yang berada di dalam zona bahaya patahan geser Cugenang,” papar Daryono dalam kesempatan yang sama.

Hasil Monitoring BMKG menunjukkan bahwa hingga hari Kamis, 8 Desember 2022 pukul 12.00 WIB, telah terjadi sebanyak 402 kali gempa susulan yang makin melemah secara fluktuatif, dengan frekuensi kejadian makin jarang. Magnitudo terbesar mencapai 4,3 dan terkecil 1,0.

Salah satu sekolah terdampak gempa di Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (24/11). Courtesy : BNPB

55 Ribu Rumah Rusak

Asisten Daerah II Kabupaten Cianjur, Budi Rahayu Toyib, mengungkapkan hingga Kamis (8/12) kerusakan rumah yang terdata mencaoai 55.391 unit. Dari jumlah itu rumah rusak berat sebanyak 13.421 unit, rumah rusak sedang sebanyak 15.757, dan rumah rusak ringan sebanyak 26.213 unit.

“Infrastruktur rusak, fasilitas pendidikan dan sekolah sebanyak 540, tempat ibadah 279 unit, fasilitas kesehatan 18 unit, gedung kantor 17 unit,” kata Budi Rahayu dalam konferensi Pers Update Penangangan Gempa Bumi magnitudo 5,6 Cianjur Hari Ke-17 di kanal YouTube BNPB Indonesia.

BACA JUGA: Rawan Gempa, Indonesia Harus Ketat Terapkan Aturan Bangunan

Data pemerintah menyebutkan gempa Cianjur menyebabkan 334 korban jiwa dan delapan lainnya masih dinyatakan hilang. Selain itu terdapat 41.166 kepala keluarga atau 114.683 jiwa masih mengungsi di 494 titik lokasi pengungsian. [yl/ah]