Pemboman bunuh diri menewaskan 31 orang di ibu kota Afghanistan dan ISIS menyatakan bertanggiung jawab atas insiden tersebut. Pejabat di Kabul mengatakan, ledakan itu mengakibatkan lebih dari 50 orang luka-luka.
Para pejabat Afghanistan mengatakan ledakan bunuh diri telah menewaskan paling sedikit 31 orang dan melukai lebih dari 65 orang lainnya di Kabul.
Para pejabat dan saksi mata mengatakan pembom itu menarget kerumunan orang dalam perayaan tahun baru Persia, Nowruz, hari Rabu (21/3) dekat lingkungan Muslim Syiah.
ISIS menyatakan bertanggung jawab, demikian menurut SITE Intelligence Group yang memonitor ancaman jihadis global. Kelompok teroris mengidentifikasi pembom itu adalah seorang laki-laki Pakistan, dan mengatakan ia meledakkan rompi bunuh dirinya di tengah-tengah pertemuan itu di daerah Kart-e-Sakhi.
Seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Nasrat Rahimi, mengatakan kepada VOA mereka yang tewas dan luka- luka adalah warga sipil.
Baca juga: Pakistan Sampaikan Dukungan Sepenuhnya bagi Afghanistan
Polisi dan petugas penyelamat mengatakan jumlah korban tewas bisa bertambah.
Presiden Ashraf Ghani mengutuk serangan teroris sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan," dan mengatakan tindakan seperti itu tidak akan menghalangi warga Afghanistan untuk merayakan peristiwa dan acara nasional dan keagamaan mereka dan melanjutkan pembangunan.
Jenderal John Nicholson, yang memimpin misi Resolute Support yang terdiri dari pasukan Amerika dan NATO di negara itu, mengecam serangan tersebut.
“Serangan terbaru oleh musuh-musuh rakyat Afghanistan sekali lagi menunjukkan kekejaman dan ketidakmanusiawian mereka. Itu adalah serangan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil yang tidak bersalah,” kata Nicholson.
Dalam beberapa bulan terakhir, teroris ISIS sering menjadikan tempat-tempat ibadah dan pertemuan kaum Syiah di Ibukota dan tempat-tempat lain di Afghanistan sebagai sasaran.
Serangan ISIS terbaru terjadi pada tanggal 9 Maret ketika seorang pembom bunuh diri menyerang masjid Syiah, menewaskan 10 orang.
Pihak berwenang Afghanistan belakangan ini telah memperketat keamanan di seluruh kota , dan para pejabat intelijen menyatakan telah menangkap mata-mata ISIS dan membongkar sel-sel kelompok itu.
Meskipun sukses, pemerintah dikecam karena tidak berhasil mencegah pemberontak dan teroris melakukan serangan yang mematikan itu di Kabul.
Jenderal Nicholson mengungkapkan pekan lalu bahwa pasukan Afghanistan telah meluncurkan kampanye untuk membersihkan tempat-tempat berlindung teroris dan jejaring fasilitas militan dari daerah-daerah di Kabul.
Dia mengatakan serangan yang dibekali intelijen serta melibatkan pencarian dari rumah ke rumah di sekitar 18 distrik di dalam kota sedang berlangsung. Jenderal Nicholson menambahkan operasi intelijen Afghanistan, bersama dengan pasukan khusus Amerika, telah berhasil mengidentifikasi dan membongkar sejumlah lokasi terkait dengan militan.
Tetapi Nicholson, mengakui, usaha keamanan menghadapi "tantangan besar" di sebuah kota yang berpenduduk lebih dari lima juta orang yang telah berkembang secara tidak teratur selama 10 tahun terakhir. Dia juga mencatat adanya sejumlah besar aktivitas kriminal di kota itu.
"Seringkali kami menemukan jaringan kriminal yang memberdayakan kegiatan teroris," katanya, dan menambahkan, "Jadi, kami menghadapi masalah sulit di dalam kota ketika hendak dibersihkan dari unsur-unsur teroris." [sp/jm]