Sebuah bom meledak di Pasar Mardika, Ambon Maluku Senin dinihari (1/10). Polisi menduga, tujuan peledakan bom ini untuk membuat resah masyarakat.
Warga kota Ambon dikejutkan oleh sebuah ledakkan bom di Pertokoan Blok B Pasar Mardika kota Ambon Maluku. Bom itu meledak pada senin dinihari, namun tidak menimbulkan korban jiwa.
Kapolres Ambon Ajun Komisaris Besar Polisi Suharwiyono mengatakan warga mendengar ledakan keras di sebuah took di pasar Mardika. "Ada beberapa saksi mengatakan, mendengar sebuah ledakkan yang cukup keras. Ledakkan itu merusak pagar pipa di sebuah toko, namanya toko Deli. Ledakkan itu tidak menimbulkan korban manusia," kata Suharwiyono..
Dari penyelidikkan di lokasi kejadian, polisi menemukan sejumlah barang bukti berupa serpihan pipa besi, sisa ledakan bom rakitan. Polisi juga telah memeriksa lima saksi terkait ledakan. Suharwiyono menambahkan ledakan ini bertujuan untuk membuat resah warga.
Sebelumnya, Tim Detasmen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri dan Polda Maluku 9 September lalu, menangkap empat orang terduga teroris yang diduga terkait pelatihan militer aksi teror di sejumlah wilayah di Sulawesi, khususnya di Poso Sulawesi Tengah. Dalam penangkapan itu, Densus 88 Antiteror menemukan senjata api jenis SS-1 dan MK-3 serta satu granat dan pelontar serta amunisi 10 ribu butir.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Polisi Boy Rafli Amar mengaku penyidik kepolisian masih menyelidiki kasus ledakkan bom ini dengan penangkapan empat terduga teroris 9 September lalu.
"Terkait peristiwa itu masih kita dalami lebih lanjut lagi, terkait pelakunya itu. Belum ada kaitan empat orang itu dengan kasus ledakan bom rakitan ini. Masih ada sekitar dua orang pelaku teror yang kita kejar. Ini persoalan tidak akan selesai dengan penangkapan sebelumnya, kita masih kejar yang tersisa," ungkap Boy.
Sementara itu, pengamat teroris Mardigu WP kepada VOA memperkirakan masih ada sekitar 150 orang pelaku teror yang bergerak secara sporadis saat ini antara Sulawesi, Maluku dan Papua.
"Gerakan terakhir ini adalah gerakan anak muda yang tidak terkoneksi dengan apapun. Kalau yang disebut mereka pernah di Poso, ini bukan yang 1998 – 2000 ya. Ini adalah Poso baru. Mereka latihan menembak ada 20 orang, mungkin ada tiga angkatan di daerah sana. Secara gerakan mereka ini sangat idealis, massif alias jumlahnya banyak, dan yang masuk daftar buron kira-kira ada 150 orang," ungkap Mardigu.
"Kami menduga mereka bergerak sendiri-sendiri, dan merekrut orang lokal jadi (gerakan ini) agak sporadis. Kita akan tau mereka tiba-tiba ada di Menado, ada di Ambon, tau-tau di Papua, dan itu lah pola gerakan mereka," lanjut pengamat teroris Mardigu.
Lebih lanjut dikatakan Mardigu, lima tahun terakhir ini ada kelompok kecil (teroris) yang berlatih menembak dan latihan perang. Satu angkatan beranggotakan sekitar 20 hingga 25 orang. Menurut keterangan polisi, ada sekitar lima angkatan kelompok kecil, sedangkan menurut pengamatan Mardigu, kelompok ini ada sekitar sembilan angkatan.
Kapolres Ambon Ajun Komisaris Besar Polisi Suharwiyono mengatakan warga mendengar ledakan keras di sebuah took di pasar Mardika. "Ada beberapa saksi mengatakan, mendengar sebuah ledakkan yang cukup keras. Ledakkan itu merusak pagar pipa di sebuah toko, namanya toko Deli. Ledakkan itu tidak menimbulkan korban manusia," kata Suharwiyono..
Dari penyelidikkan di lokasi kejadian, polisi menemukan sejumlah barang bukti berupa serpihan pipa besi, sisa ledakan bom rakitan. Polisi juga telah memeriksa lima saksi terkait ledakan. Suharwiyono menambahkan ledakan ini bertujuan untuk membuat resah warga.
Sebelumnya, Tim Detasmen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri dan Polda Maluku 9 September lalu, menangkap empat orang terduga teroris yang diduga terkait pelatihan militer aksi teror di sejumlah wilayah di Sulawesi, khususnya di Poso Sulawesi Tengah. Dalam penangkapan itu, Densus 88 Antiteror menemukan senjata api jenis SS-1 dan MK-3 serta satu granat dan pelontar serta amunisi 10 ribu butir.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Polisi Boy Rafli Amar mengaku penyidik kepolisian masih menyelidiki kasus ledakkan bom ini dengan penangkapan empat terduga teroris 9 September lalu.
"Terkait peristiwa itu masih kita dalami lebih lanjut lagi, terkait pelakunya itu. Belum ada kaitan empat orang itu dengan kasus ledakan bom rakitan ini. Masih ada sekitar dua orang pelaku teror yang kita kejar. Ini persoalan tidak akan selesai dengan penangkapan sebelumnya, kita masih kejar yang tersisa," ungkap Boy.
Sementara itu, pengamat teroris Mardigu WP kepada VOA memperkirakan masih ada sekitar 150 orang pelaku teror yang bergerak secara sporadis saat ini antara Sulawesi, Maluku dan Papua.
"Gerakan terakhir ini adalah gerakan anak muda yang tidak terkoneksi dengan apapun. Kalau yang disebut mereka pernah di Poso, ini bukan yang 1998 – 2000 ya. Ini adalah Poso baru. Mereka latihan menembak ada 20 orang, mungkin ada tiga angkatan di daerah sana. Secara gerakan mereka ini sangat idealis, massif alias jumlahnya banyak, dan yang masuk daftar buron kira-kira ada 150 orang," ungkap Mardigu.
"Kami menduga mereka bergerak sendiri-sendiri, dan merekrut orang lokal jadi (gerakan ini) agak sporadis. Kita akan tau mereka tiba-tiba ada di Menado, ada di Ambon, tau-tau di Papua, dan itu lah pola gerakan mereka," lanjut pengamat teroris Mardigu.
Lebih lanjut dikatakan Mardigu, lima tahun terakhir ini ada kelompok kecil (teroris) yang berlatih menembak dan latihan perang. Satu angkatan beranggotakan sekitar 20 hingga 25 orang. Menurut keterangan polisi, ada sekitar lima angkatan kelompok kecil, sedangkan menurut pengamatan Mardigu, kelompok ini ada sekitar sembilan angkatan.