Petinggi lembaga amal berkulit hitam di Inggris, yang belum lama ini berulang kali ditanya dari mana “sebenarnya (ia) berasal” oleh seorang anggota kehormatan rumah tangga kerajaan Inggris, mengatakan pada Kamis (1/12) bahwa ia meyakini “rasisme yang terinstitusi merupakan masalah di seluruh Inggris.”
“Pelecehan tidak harus berbentuk fisik, tapi jika Anda menyentuh rambut saya tanpa izin, bagi saya itu pelecehan. (Pelecehan juga) ketika Anda menyerang saya secara verbal, karena bagi saya itu yang terjadi. Anda bertekad bahwa jawaban yang saya berikan bukanlah jawaban yang ingin Anda dengar. Anda tidak mengakui saya sebagai orang Inggris. Anda tidak akan berhenti sampai saya mengaku saya bukan orang Inggris.”
Ngozi Fulani, Kepala Eksekutif Sistah Space, fasilitas pengungsian di London timur yang memberikan bantuan spesialis bagi perempuan asal Afrika dan Karibia, menceritakan perbincangannya dengan Lady Susan Hussey dalam sebuah acara resepsi di Istana Buckingham Selasa (29/11) bagi para aktivis yang berjuang mengakhiri kekerasan dalam rumah tangga.
Perbincangan itu berujung pada pengunduran diri Hussey, 83 tahun, dari jabatan anggota kehormatan kerajaan Inggris.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi Inggris Sky News menyusul pengunduran diri Hussey, Fulani mengatakan ia meyakini bahwa Lady Hussey “bertekad untuk membuktikan bahwa saya tidak berhak atas kewarganegaraan Inggris.”
“Itu mengingatkan saya pada diskusi mengenai Windrush, di mana 50, 60 tahun kemudian, orang-orang yang lahir di sini, bekerja di sini, atau telah banyak berkontribusi di sini, bisa dibuang begitu saja,” tambah Fulani.
Istana Buckingham mengatakan pihaknya menganggap “sangat serius” masalah ini dan langsung melakukan penyelidikan.
“Rasisme tidak diterima di sini,” kata kantor Istana Kensington. “Pernyataan-pernyataan itu tidak dapat diterima, dan benar bahwa individu tersebut telah langsung mengundurkan diri.”
BACA JUGA: Klaim Rasisme di Kerajaan Inggris Picu Debat Terkait Masa Depan PersemakmuranInsiden itu memicu kembali tuduhan akan “rasisme terinstitusi” dalam lingkungan istana tepat pada kunjungan hari pertama Pangeran dan Putri Wales ke Boston, AS.
Walaupun kunjungan itu berfokus pada Earthshot Prize, program Pangeran William untuk mendukung para pengusaha yang mengupayakan solusi bagi perubahan iklim dan masalah lingkungan lainnya, pasangan kerajaan itu juga mencoba menunjukkan bahwa institusi kerajaan masih relevan dalam dunia yang multikultural.
Hussey adalah seorang lady in waiting, atau asisten pribadi, Ratu Elizabeth II selama lebih dari 60 tahun dan merupakan ibu baptis William.
Ia telah memohon maaf atas “pernyataannya yang tidak dapat diterima dan sangat disayangkan,” kata Istana Buckingham dalam sebuah pernyataan. [rd/ka]