Impor makanan mewah dari Spanyol selama ini merupakan bisnis bagus bagi perusahaan London, Brindisa. Namun seperti banyak bisnis makanan dan anggur yang bergantung pada pergerakan barang dan pekerja secara bebas di dalam wilayah Uni Eropa, perusahaan itu telah terpukul secara parah oleh referendum Inggris untuk meninggalkan UE atau Brexit.
"Terkait Brexit, kami mungkin perusahaan paling tidak disukai pemerintah karena kami mengimpor semuanya dan mempekerjakan banyak pekerja non-Inggris," ujar pemilik Brandisa, Monika Linton.
Jatuhnya nilai pound sterling terhadap euro menyusul Brexit telah mendongkrak harga keju dan daging ham kualitas tinggi serta produk-produk lain yang diimpor dari Spanyol sehingga perusahaan itu harus menaikkan harga.
Untuk perusahaan-perusahaan kecil, yang mendominasi sektor makanan dan minuman, penyesuaian mata uang ini sangat memberatkan, karena mereka tidak memiliki cukup staf untuk rencana darurat.
Tantangan besar berikutnya adalah jika perjanjian yang dinegosiasikan Inggris dengan 27 anggota UE melibatkan penempatan kembali pembatasan perdagangan.
Hal itu membuat perusahaan-perusahaan itu khawatir karena hal itu akan meningkatkan birokrasi dan penahanan barang-barang di perbatasan. Selain itu kemungkinan ada aturan baru mengenai pelabelan, pelacakan makanan, keselamatan produk dan keaslian.
Namun keprihatinan utama bagi Linton dan seluruh industri ini adalah pembatasan imigrasi, yang berarti pengurangan persediaan tenaga kerja asing yang murah yang mereka andalkan selama ini. [hd]