Pasar Saham Eropa Terus Anjlok, Cameron Tolak Referendum Ulang

PM Inggris David Cameron hari Senin (27/6) menolak seruan untuk mengulang referendum "Brexit" (foto: dok).

PM Inggris David Cameron hari Senin (27/6) menolak seruan untuk mengulang referendum "Brexit" yang baru dilangsungkan pekan lalu.

Perdana Menteri Inggris David Cameron sebaliknya menugaskan satu tim untuk mempersiapkan penarikan diri Inggris dari Uni Eropa pasca referendum yang mengejutkan dunia dan memicu pergolakan pasar keuangan.

Nilai mata uang poundsterling terhadap dolar masih terus anjlok ke titik terendah sejak tahun 1985, sementara nilai saham sejumlah bank terbesar di Inggris terjun bebas setelah pemerintah Cameron tidak berhasil mengendalikan situasi sepanjang akhir pekan lalu.

Pemerintah Skotlandia juga melihat referendum cara untuk memperjuangkan kemerdekaannya dan mengancam akan meninggalkan Inggris, sebagaimana Inggris meninggalkan Uni Eropa. Dalam referendum pekan lalu, 62% warga Skotlandia memilih agar Inggris tetap menjadi anggota Uni Eropa.

Meskipun keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa – atau yang dikenal dengan istilah “Brexit” – tidak akan berjalan mulus ketika negara itu masih menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut, tetapi “dengan kekuatannya, Inggris siap menghadapi masa depan”, demikian ujar Perdana Menteri David Cameron dalam sidang parlemen hari Senin (27/6).

Ditambahkannya, “Inggris akan keluar dari Uni Eropa, tetapi Inggris tidak akan berpaling dari Eropa dan dunia”.

Retorika Cameron itu masih belum menjelaskan bagaimana bentuk hubungan baru Inggris dengan Uni Eropa dan seberapa buruk kondisi perekonomian Inggris pasca keputusan itu. Sewaktu Kanselir Jerman Angela Merkel dan sejumlah pemimpin Eropa memulai serangkaian perundingan tentang krisis tersebut, Merkel menyerukan Inggris untuk bersikap tegas. “Perpanjangan masa tunggu” menimbulkan dampak buruk pada kedua pihak, ujar Merkel.

Nilai poundsterling atas dolar Amerika anjlok 3,4% menjadi 1,32 – atau berarti penurunan lebih dari 11% sejak referendum pekan lalu. Nilai saham di pasar FTSE 100 juga terkoreksi negatif 2,6%, sementara nilai investasi emas 10 tahun turun di bawah 1% - yang pertama dalam sejarah. Indeks sejumlah bank di Inggris juga anjlok 7,3% - memperburuk kondisi pasca penurunan drastis 10% Jum'at lalu (24/6). Saham Barclays Plc dan Royal Bank of Scotland Plc juga anjlok begitu cepat sehingga penjualannya terpaksa dihentikan.

Beberapa hari sebelum referendum 23 Juni, bilyuner George Soros telah mengingatkan bahwa nilai poundsterling terhadap dolar Amerika bisa anjlok lebih dari 20% karena biaya sesungguhnya dari “Brexit” ini di bawah perkiraan. Namun Soros – yang pertaruhannya terhadap poundsterling tahun 1992 membuat sejarah investasi – kali ini tidak bertaruh, meskipun ia berpendapat Inggris seharusnya tetap menjadi bagian dari Uni Eropa.

Sejumlah ekonom juga sudah menurunkan perkiraan ekonomi mereka. Goldman Sachs Group Inc memperkirakan resesi akan terjadi pada awal tahun depan dan nilai tukar Bank of England akan terpangkas. EastJet Plc dan Foxtons Group Plc mengingatkan bahwa mereka mungkin akan menghadapi pukulan, dan hampir dua per tiga anggota Institute of Directors mengatakan “Brexit” atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa berdampak negatif terhadap bisnis mereka. Saham EastyJet anjlok 18%, sementara saham Foxtons terjun bebas 22%. [em/jm]