“Kemitraan yang kokoh” dengan Amerika Serikat sangat penting untuk mengimbangi hubungan yang tegang antara Taiwan dan China, kata calon wakil presiden dari partai yang berkuasa di pulau itu, Hsiao Bi-khim, mantan utusan Taiwan untuk AS, Kamis (23/11) .
Hsiao adalah pasangan Wakil Presiden Lai Ching-te dari Partai Progresif Demokratik (DPP). Mereka unggul dalam berbagai jajak pendapat namun tidak disukai China. Mereka bahkan dikecam Beijing sebagai “duo kemerdekaan”.
China menganggap Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai wilayahnya, dan dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan tekanan militer dan politik terhadap pulau tersebut. Taiwan sendiri saat ini berada di bawah pemerintahan yang menolak mengakui klaim Beijing tersebut.
Hsiao – yang dipandang sebagai diplomat cekatan yang bertanggung jawab memperkuat hubungan Taipei dengan Washington – mengatakan penting untuk “memperluas dukungan bagi kami dari kalangan masyarakat Amerika”.
“Kemitraan yang kokoh dengan Amerika Serikat sangat penting saat ini,” katanya kepada wartawan pada konferensi pers hari Kamis.
Seperti negara-negara lain di dunia, Washington tidak mengakui Taiwan secara diplomatis, namun tetap menjadi sekutu terpenting Taiwan.
China telah lama bersumpah untuk merebut kembali, jika perlu dengan kekerasan – sebuah pernyataan yang digaungkan oleh partai oposisi Kuomintang (KMT) yang menggambarkan pemilu di Taiwan sebagai pilihan antara perdamaian atau perang.
Namun Hsiao – yang pernah dua kali dikenai sanksi oleh Beijing – mengatakan bahwa “perang bukanlah suatu pilihan.”
BACA JUGA: Kandidat Capres Unggulan Taiwan: Pemilu akan Tentukan Apakah Pulau Itu akan Merangkul China atau TidakMenegaskan komitmen partainya untuk mempertahankan status quo, ia mengatakan, "penting juga bagi komunitas internasional... untuk menjelaskan kepada rekan-rekan kita di Selat Taiwan bahwa dialog adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan perbedaan".
Dari Beijing hingga Washington, para pengamat akan memantau dengan cermat pemilu Taiwan pada 13 Januari karena potensi dampaknya terhadap hubungan masa depan Taiwan dengan China – yang telah memutuskan kontak tingkat tinggi dengan pemerintahan Presiden Tsai Ing-wen.
KMT dan Partai Rakyat Taiwan (TPP) yang kurang mapan tertinggal di belakang DPP dalam jajak pendapat. Kedua partai itu menjanjikan hubungan yang lebih hangat dengan China. [ab/uh]