Banyak warga Afganistan optimistis bahwa meningkatnya hubungan diplomatik dan ekonomi dengan China, akan membawa perdamaian di negara yang dikoyak perang itu.
Presiden Ghani punya jadwal padat selama kunjungan 4 harinya ke Beijing, di mana ia akan mengadakan pembicaraan mendalam dengan Presiden China Xi Jinping, mengenai hubungan bilateral dan “isu yang menyangkut kepentingan bersama”.
Ghani juga akan memimpin delegasi pengusaha Afganistan dalam pertemuan dengan investor China, untuk menyakinkan mereka agar membangun industri pertambangan di negara yang rusak karena perang itu.
Rakyat Afganistan percaya bahwa dukungan diplomatik dan ekonomi China, dapat membantu mengatasi kesulitan perekonomian dan keamanan, setelah penarikan pasukan NATO dari negara itu bulan Desember ini.
Duta Besar Afganistan untuk Pakistan, Janan Mosazai mengatakan, dewasa ini China adalah investor terbesar di negaranya dan kerjasama bilateral telah diperluas di berbagai bidang.
“Dalam 13 tahun terakhir ini, kami telah meletakkan dasar hubungan jangka panjang dengan China dan kedua negara bertekad untuk membangun dan memperkuat hubungan ini pada tahun-tahun mendatang, dimulai dengan kunjungan kenegaraan Presiden Ashraf Ghani ke Beijing,” ujar Mosazai.
Dalam wawancaranya yang diterbitkan Selasa oleh media pemerintah China, Xinhua, Ghani mengatakan, ia melihat Afganistan sebagai pusat perdagangan dan investasi regional, dan ia berharap hubungan dengan China akan terus berkembang.
China pada umumnya menghindari keterlibatan dalam masalah geopolitik Afganistan dan membatasi perannya sebagai investor ekonomi di sektor-sektor sumber daya alam dan energi negara itu. China telah menanamkan modal hampir 7,5 milyar dolar dan bermaksud untuk memperluas pengaruh ekonominya di Afghanistan.
Dalam 2 tahun terakhir, China telah berusaha merumuskan kembali hubungannya dengan Afganistan dan telah menunjuk utusan khususnya untuk Afganistan.
China prihatin akan keamanan di Afganistan, setelah penarikan pasukan-pasukan internasional yang dapat memicu separatisme Uighur di wilayah perbatasan Xinjiang. Sebagian pejabat China curiga, pemberontakan kaum Muslim di sana berkaitan dengan militan Islam yang bersembunyi di daerah-daerah perbatasan Afganistan dan Pakistan.
Para pejabat Afganistan juga percaya, China dapat menggunakan pengaruhnya dengan mitra strategis jangka panjangnya, Pakistan, membujuknya untuk membantu Afganistan agar berdamai dengan Taliban. Pejabat Afganistan telah lama yakin, Taliban mengatur pemberontakan di Afganistan dari tempat perlindungannya di Pakistan.