China pada akhir 2023 diperkirakan akan mengendalikan setengah dari kapasitas terpasang elektrolisis di dunia, perangkat untuk memproduksi hidrogen rendah karbon, di tengah perlambatan proyek-proyek baru karena inflasi, demikian laporan Badan Energi Internasional atau IEA yang dirilis pada Jumat (22/9).
“Setelah awal yang lambat, China akhirnya memimpin dalam penerapan elektrolisis,” demikian laporan IEA mengenai hidrogen.
Kapasitas elektrolisis yang terpasang di China melonjak secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan diperkirakan akan mencapai 1,2 gigawatt, 50 persen dari kapasitas global. Sebelumnya Beijing hanya menyumbang 10 persen dari kapasitas global pada 2020.
Elektrolisis adalah perangkat yang digunakan untuk pemisahan industri hidrogen dan oksigen dalam molekul air, menggunakan listrik yang diperoleh melalui sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, atau nuklir.
BACA JUGA: Sekjen PBB: Pemimpin G20 Bisa Setop Kerusakan Iklim, tapi Peraturan Harus DiubahDengan berlangsungnya transisi energi ramah lingkungan, elektrolisis menjadi penting untuk menggantikan metode lama dalam memproduksi hidrogen industri.
Hal ini bergantung pada polusi gas metana dalam proses yang terkait dengan industri petrokimia yang tidak mahal, tetapi menghasilkan emisi gas rumah kaca.
Produksi hidrogen rendah karbon dapat mencapai 38 juta ton pada 2030 jika seluruh proyek yang diumumkan dilaksanakan, kata IEA.
Namun IEA khawatir dengan meningkatnya biaya peralatan akibat inflasi yang "membuat proyek terancam batal dan mengurangi dampak dukungan pemerintah terhadap penyebaran.”
“Beberapa proyek telah merevisi perkiraan biaya awal hingga 50 persen,” katanya.
BACA JUGA: China Berkomitmen Tingkatkan Permintaan Pasar, Percepat Transisi Energi HijauBadan tersebut juga prihatin dengan lambatnya penggantian hidrogen abu-abu yang diproduksi secara tradisional menjadi hidrogen hijau di seluruh dunia.
Hidrogen dengan emisi rendah menyumbang kurang dari satu persen permintaan dunia pada 2022, kata badan tersebut, yang berarti penggunaan hidrogen menyumbang setara dengan 900 juta ton emisi karbon dioksida.
“Penggunaan hidrogen rendah emisi masih jauh dari kebutuhan untuk mencapai tujuan iklim,” kata laporan tersebut, seraya menyerukan kerja sama internasional yang lebih besar untuk menghindari fragmentasi pasar. [ah/rs]