Rencana latihan militer bersama yang pertama kalinya dalam sejarah antara China dan negara-negara Asia Tenggara tahun ini akan mengurangi risiko keselamatan di laut yang sangat disengketakan di Asia itu dan dapat meredakan kekhawatiran akan peran dominan Beijing dalam sengketa kedaulatan tersebut.
Dalam pertemuan bulan Februari lalu, para menteri pertahanan dari ASEAN yang beranggotakan 10 negara itu menyambut baik kemungkinan latihan maritim dengan China sebelum akhir tahun 2018, kata kementerian pertahanan Singapura dalam pernyataan. Singapura memimpin ASEAN tahun ini. Para menteri ASEAN juga bertemu secara tidak resmi dengan menteri pertahanan China, Chang Wanquan, kata pernyataan itu.
Beijing mengklaim sekitar 90 persen Laut Cina Selatan yang merupakan jalur pelayaran. Di Asia Tenggara, Brunei, Malaysia, Filipina dan Vietnam juga mengklaim sebagian laut itu yang bertentangan dengan klaim China. Taiwan juga menyebut seluruh laut itu miliknya.
China yang mempunyai angkatan bersenjata yang ketiga terkuat di dunia, telah menimbulkan kemarahan negara-negara lain sejak tahun 2010 karena mereklamasi pulau-pulau kecil untuk digunakan militer.
Kemungkinan latihan itu tahun ini sangat tinggi, kata Fabrizio Bozzato, peneliti di Perhimpunan Penelitian Strategi Taiwan, yang mengkhususkan diri mengenai Asia Timur.
Baca juga: China dan ASEAN akan Mulai Bahas Kode Etik di Laut China Selatan
“Kali ini China berusaha berdialog dengan ASEAN dalam tingkat multilateral dan kolektif untuk mendapat kepercayaan ASEAN, mengurangi kekhawatiran akan supremasi militer China yang sangat besar dengan memperkuat perasaan saling mempercayai dan meningkatkan peran ASEAN dalam dialog,” katanya. [gp]