China Batalkan Persetujuan PLT Batu Bara Setelah Lonjakan Pasokan yang Khawatirkan Pakar Iklim

  • Associated Press

Tumpukan batu bara impor terlihat di terminal batu bara sebuah pelabuhan di Lianyungang, provinsi Jiangsu, China, 26 Juli 2018. (Stringer/REUTERS)

Persetujuan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru di China turun tajam pada paruh pertama tahun ini, menurut sebuah analisis yang dirilis pada hari Selasa (20/8), setelah banyaknya perizinan dalam dua tahun sebelumnya menimbulkan kekhawatiran mengenai komitmen pemerintah untuk membatasi perubahan iklim.

Tinjauan dokumen proyek oleh Greenpeace Asia Timur menemukan bahwa 14 pembangkit listrik tenaga batu bara baru telah disetujui dari bulan Januari hingga Juni dengan total kapasitas 10,3 gigawatt, turun 80 persen dari 50,4 gigawatt pada paruh pertama tahun lalu.

Pihak berwenang menyetujui 90,7 gigawatt pada tahun 2022 dan 106,4 gigawatt pada tahun 2023, sebuah lonjakan yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan pakar iklim. China memimpin dunia dalam hal instalasi tenaga surya dan angin, namun pemerintah mengatakan bahwa pembangkit listrik tenaga batu bara masih diperlukan pada saat permintaan puncak karena tenaga angin dan surya kurang dapat diandalkan.

Meskipun jaringan listrik China memprioritaskan sumber energi yang lebih ramah lingkungan, para pakar khawatir bahwa tidak akan mudah bagi China untuk menghentikan penggunaan batu bara setelah kapasitas-kapasitas baru tersebut dibangun.

“Sekarang kita mungkin melihat titik balik,” kata Gao Yuhe, pimpinan proyek Greenpeace Asia Timur, dalam sebuah pernyataan. “Masih ada satu pertanyaan di sini. Apakah provinsi-provinsi di China memperlambat persetujuan batu bara karena mereka telah menyetujui begitu banyak proyek batu bara? Atau apakah ini merupakan langkah terakhir dari pembangkit listrik tenaga batubara dalam transisi energi yang membuat batu bara menjadi semakin tidak praktis? Hanya waktu saja yang tahu."

Greenpeace merilis analisis tersebut bersama Shanghai Institutes for International Studies, sebuah wadah pemikir yang berafiliasi dengan pemerintah.

Pakar cuaca pemerintah telah memperingatkan bahwa negara tersebut harus bersiap menghadapi cuaca yang lebih ekstrem akibat perubahan iklim. Kementerian Sumber Daya Air mengatakan pada akhir bulan Juli bahwa sungai-sungai besar telah mengalami 25 kali banjir besar tahun ini, yang merupakan banjir terbesar sejak pencatatan dimulai pada tahun 1998.

Di provinsi Hunan, pihak berwenang mengatakan pada hari Senin bahwa jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 50 orang dan 15 lainnya masih hilang, sementara pencarian terus berlanjut setelah tanah longsor dan banjir bandang yang terkait dengan badai tropis yang melanda wilayah selatan China akhir bulan lalu.

BACA JUGA: Negara-negara Besar Berupaya Setop Pendanaan Batu Bara Baru Sektor Swasta

Meskipun banjir musiman biasa terjadi di China bagian selatan, wilayah-wilayah perbatasan dengan Korea Utara di timurlaut China yang secara historis lebih kering juga mulai diguyur hujan lebat. Media pemerintah melapp\orkan, banjir memutus aliran listrik dan komunikasi ke sebagian besar wilayah Jianchang di Provinsi Liaoning di kawasan itu pada hari Selasa dan menjebak lebih dari 300 orang. Evakuasi terpaksa dilakukan dengan helikopter.

Pemerintah telah merilis banyak dokumen dalam beberapa bulan terakhir mengenai pengurangan emisi karbon dan percepatan peralihan ke energi terbarukan.

Badan Pengawas Energi Nasional mengumumkan rencana tiga tahun pada bulan Juni untuk melakukan renovasi pada unit-unit pembangkit listrik tenaga batu bara yang ada dan melengkapi pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru dibangun dengan teknologi rendah karbon.

Rencana pemerintah lainnya yang dirilis bulan ini untuk “mempercepat pembangunan sistem tenaga listrik baru” ditujukan untuk mengatasi hambatan dan tantangan lainnya, termasuk bagaimana memperluas transmisi energi terbarukan.

BACA JUGA: Sedikitnya 10 Tewas dalam Kecelakaan Tambang Batu Bara di China

Gao mengatakan bahwa China harus memfokuskan sumber dayanya untuk menghubungkan tenaga angin dan surya ke jaringan listrik dengan lebih baik daripada membangun lebih banyak pembangkit listrik tenaga batu bara. Batu bara menyediakan lebih dari 60 persen listrik di negara ini.

“Batu bara memainkan peran penting dalam keamanan energi China,” kata Li Fulong, pejabat Badan Pengawas Energi Nasional, pada konferensi pers pada bulan Juni.

China juga beralih ke tenaga nuklir untuk memenuhi target pengurangan karbonnya. Dewan Negara, kabinetnya China, memberi lampu hijau pada lima proyek pembangkit listrik tenaga nuklir pada hari Senin dengan total biaya 200 miliar yuan ($28 miliar). [ab/ka]